Jumat 29 Oct 2021 16:52 WIB

KLHK Tetap Antisipasi Karhutla Meski Terjadi La Nina

Biarpun kondisi La Nina,ada daerah-daerah tertentu yang justru mengalami kekeringan.

La Nina. Ilustrasi
Foto: The Guardian
La Nina. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan selain melakukan langkah mitigasi bencana hidrometeorologi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan selama serta usai fenomena La Nina. "La Nina itu curah hujannya berlebihan, tapi faktanya berdasarkan analisis BMKG biarpun kondisi La Nina biasanya ada daerah-daerah tertentu di wilayah kita yang justru mengalami adanya kekeringan sehingga kita tetap harus waspada selama La Nina kemungkinan terjadinya karhutla," kata Wamen LHK Alue di Rapat Koordinasi Antisipasi La Nina yang diadkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dipantau virtual dari Jakarta pada Jumat.

Alue menjelaskan bahwa Indonesia mengalami penurunan tingkat titik panas atau hotspot dalam beberapa tahun terakhir pada 2019 tercatat 1.649.258 titik panas yang turun menjadi 296.942 pada 2020 dan 229.978 sampai dengan pertengahan 2021. Usaha pencegahan dilakukan dengan analisis iklim dan intervensi menggunakan teknologi modifikasi cuaca dilakukan ketika memasuki masa-masa kritis.

Baca Juga

Pihaknya juga terus memantau kondisi cuaca harian serta peringatan dini kebakaran hutan dan lahan yang dikeluarkan BMKG.Dia mengatakan bahwa Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) KLHK tengah memonitor kondisi hotspot yang berada di lahan-lahan konsesi dan diberikan peringatan jika terdeteksi adanya titik panas di lahan mereka.

Pihaknya juga mengantisipasi titik api yang berada di lahan gambut yang mengalami kondisi terdegradasi, membuatnya lebih mudah terbakar, yang diatasi dengan langkah pembasahan. "Tentu kita harus tetap meningkatkan upaya pemantauan hotspot secara intensif khususnya pada daerah yang rawan kahurtla disertai verifikasi hotspot itu di lapangan," tegas Alue.

Patroli pencegahan juga terus ditingkatkan terutama di sekitar Januari-Maret 2022 terutama Aceh, Sumatra Utara, Riau dan Kalimantan Barat. Peningkatan patroli pada April-Juni 2022 dilakukan di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan serta Agustus-Oktober 2022 di seluruh provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan. 

BMKG sendiri melakukan monitor adanya fenomena La Nina lemah sampai akhir tahun. Dan kondisi itu akan terus bertahan sampai Februari 2022 dengan level menengah. Fenomena La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan yang mendorong juga peningkatan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement