Jumat 29 Oct 2021 18:09 WIB

Kemenkes Ungkap Alasan Penumpang Pesawat Jawa-Bali Wajib PCR

Varian delta paling banyak ada di Jawa dan Bali.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Agus raharjo
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
Foto: DOk BNPB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih mewajibkan penumpang pesawat yang masuk/keluar wilayah Jawa dan Bali serta antarwilayah Jawa dan Bali menunjukkan hasil negatif Covid-19 dari RT-PCR (H-3). Sedangkan, penumpang pesawat antarwilayah selain Jawa dan Bali diperbolehkan memilih antara menunjukkan hasil tes RT PCR atau antigen (H-1) sebagai syarat perjalanan.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, masih diwajibkannya RT-PCR untuk penumpang pesawat di Jawa-Bali karena daerah ini menjadi penyumbang terbesar kasus konfirmasi Covid-19. Mobilitas masyarakat serta penyebaran varian delta pun lebih tinggi di Jawa-Bali.

Baca Juga

"Karena Jawa-Bali itu penyumbang kasus konfirmasi tertinggi dan mobilitas paling tinggi dari Jawa-Bali serta varian delta juga paling banyak Jawa-Bali," ujar Siti Nadia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (29/10).

Selain itu, sirkulasi udara di dalam pesawat berbeda dari transportasi lain. Kemudian jumlah kapasitas angkut pesawat juga lebih besar dan jarak tempuh lebih panjang sehingga penyebaran Covid-19 berpotensi lebih besar.

Di sisi lain, diperbolehkannya penumpang pesawat antarwilayah selain Jawa dan Bali hanya menunjukkan antigen, Siti Nadia tetap mengingatkan masyarakat bahwa pandemi Covid-19 masih terjadi. Dia mengimbau, masyarakat menunda perjalanan yang tidak perlu atau melakukan persiapan dengan baik dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Kita masih pandemi kalau tidak perlu melakukan perjalanan sebaiknya ditunda atau lakukan persiapan dengan baik untuk menjaga protokol kesehatan," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement