REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) ingin memperdalam hubungan dengan Taiwan. Pulau yang dikelola demokratis itu menjadi salah satu pemicu yang merenggangkan hubungan AS-China. Diplomat AS mengatakan Washington akan melawan pengaruh 'jahat' Cina.
Dalam konferensi pers pertamanya, Direktur Institut Amerika di Taiwan yang baru Sandra Oudkirk menegaskan AS masih sangat berkomitmen pada Taiwan. Selain itu AS aktif memperluas kerja sama di bidang keamanan siber dan rantai pasokan.
"Nilai-nilai kemitraan dan dukungan kami untuk Taiwan sangat kuat. Kami berkomitmen untuk memperdalam hubungan dengan Taiwan," kata Oudkirk, Jumat (29/10).
Institut Amerika di Taiwan merupakan kedutaan besar de facto di pulau tersebut. AS mendukung Taiwan saat ketegangan antara Taipei dan Beijing di titik terendahnya setelah China mengirimkan ratusan pesawat angkatan udaranya ke zona pertahanan Taiwan.
China masih mempertahankan opsi untuk merebut kekuasaan di Taiwan dengan kekuatan militer. Pulau tersebut pecah dari China Daratan usai perang sipil tahun 1949.
Oudkirk menolak memberikan komentar mengenai inisiatif keamanan atau detail baru mengenai kehadiran pasukan AS di Taiwan. Sebelumnya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengonfirmasi keberadaan pasukan AS tapi jumlahnya lebih sedikit dari yang dikira orang.
"Kami akan terus mendorong tujuan-tujuan global dan regional pemerintah Presiden Joe Biden, termasuk melawan pengaruh jahat RRC (Republik Rakyat China), memulihkan dampak pandemi yang menghancurkan, dan mengatasi ancaman perubahan iklim," kata Oudkirk.
Oudkirk yang menjabat sebagai Direktur Institut Amerika di Taiwan musim panas lalu menegaskan kembali dukungan AS untuk mendorong peran Taiwan di panggung internasional. Ia tidak menjelaskannya lebih lanjut.