Sabtu 30 Oct 2021 08:36 WIB

Blockchain Jadi Alternatif Solusi Mencapai Zero Emission

Sektor kehutanan jadi motor utama Indonesia menurunkan konsentrasi karbondioksida

Red: Budi Raharjo
Acara talk show program Bersama Nusaku, di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Foto: istimewa
Acara talk show program Bersama Nusaku, di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan berpartisipasi dalam menurunkan konsentrasi Co2 di dunia sebanyak 29 persen sampai 40 persen pada 2030. Dari 29 persen itu, sebanyak 17,2 persen akan disumbangkan dari sektor kehutanan. 

Untuk bisa mewujudkan komitmen itu, salah satu upayanya, Kementerian LHK menjalankan program menanam pohon. Karena semakin banyak tutupan hutan, dipastikan Indonsia akan mampu menyerap Co2 yang ada di lapisan atmosfer dan dikonfersi menjadi oksigen.

Demikian disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK, Ruandha Agung Sugardiman saat acara talk show program Bersama Nusaku, di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Pembicara lainnya, Ketua Umum Yayasan Peduli Hutan Indonesia (YPHI) Transtoto Hadhadari dan Ketua Umum Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), Yohanes Cianes Walean.

Sektor kehutanan menjadi motor utama upaya Indonesia menurunkan konsentrasi karbondioksida bagi dunia.  “Jadi, penanaman pohon melalui program Nusaku sangat relevan dengan program LHK,” ujar dia.

Transtoto Hadhadari menambahkan soal perubahan iklim. Menurutnya climate Change atau perubahan iklim di dunia terjadi karena peningkatan pemakaian energi. Delapan puluh persen produksi Co2 di dunia karena energi. 

"Nah, di Indonesia kasusnya aneh, Co2 banyak terjadi karena hutan kita berubah jadi lahan kosong. Itu masalah kita. Jadi, pekerjaan kita, bagaimana mengubah yang kosong tersebut menjadi hijau kembali,” ujar mantan Kepala Pusat Informasi Departemen Kehutanan ini.

Dengan proses asimilasi, Transtoto mengatakan, pohon menyerap Co2 yang lebih banyak. Indonesia sebagai negara tropis mempunyai kemampuan luar biasa untuk ini, sebagai oxygerator. “Kita harus bangga menjadi penghasil oksigen,” pungkas mantan Direktur Utama Perum Perhutani ini.

Sementara Yohanes Cianes Walean mengatakan Nusaku dengan menggunakan teknologi blockchain yang dapat menjadi alternatif solusi untuk mendukung Indonesia mencapai zero emission. Dengan cara ini, banyak project di dunia akan mendukung gerakan menanam pohon menyerap emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan penghasil karbon sehingga tercipta keseimbangan menjaga bumi. "Untuk project ini, Koprabuh akan bekerja sama dengan PT Green Gold Artha Buana,” kata dia.

Menurutnya, Koprabuh telah berpengalaman menanam pohon sejak 2006 dan memiliki akses nasional seluruh Indonesia berupa lahan milik petani yang siap ditanam pohon. SDM Petani yang di Koprabuh sangat terlatih untuk melakukan penanaman pohon yang efisien dan tingkat kesuksesan penanaman pohon 100 persen. "Karena ada jaminan jika pohon mati akan diganti dengan bibit pohon yang baru," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement