REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Martin Griffiths memperingatkan 20 pemimpin negara kaya di pertemuan G20 di Roma, Italia, mengenai kondisi Afghanistan. Griffiths mengatakan saat musim dingin hampir setengah populasi Afghanistan tidak memiliki cukup makanan.
Ia mengatakan setengah anak-anak berusia di bawah lima tahun mengalami malnutrisi akut. Di setiap provinsi juga ada wabah campak yang menjadi 'tanda bahaya' dan 'burung kenari di tambang' untuk apa yang terjadi di masyarakat.
Griffiths memperingatkan kerawanan pangan mengarah pada malnutrisi lalu penyakit kemudian kematian. Ia mengatakan 'tidak adanya aksi koretif' dari masyarakat dunia akan menyebabkan kematian di Afghanistan.
Ia mengatakan saat ini Program Pangan Dunia (WFO) memberi makan 4 juta orang di Afghanistan. Namun, PBB memprediksi karena kondisi musim dingin yang mengerikan dan ambruknya perekonomian maka jumlah makanan yang perlu disediakan naik tiga kali lipat atau sekitar 12 juta orang.
Pekan ini WFO meminta 200 juta dolar AS untuk membiayai operasi-operasinya hingga akhir tahun. Griffiths mendesak negara-negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa menangguhkan bantuan pembangunan di Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan di negara itu pada 15 Agustus lalu.
Lalu mengalihkan dana tersebut untuk bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Ia mencatat Uni Eropa telah mengalihkan 100 juta euro untuk bantuan kemanusiaan dan Kamis (28/10) kemarin AS juga mengumumkan bantuan kemanusiaan sebesar 144 juta dolar AS.
Sehingga total bantuan untuk rakyat Afghanistan di negara itu dan pada pengungsi di Timur Tengah pada tahun 2021 menjadi 474 juta dolar AS. Griffiths mengatakan krisis saat ini disebabkan dua kekeringan yang terjadi beberapa tahun terakhir, terhentinya layanan masyarakat selama konflik Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan dan keruntuhan ekonomi.
"Jadi pesan yang akan saya sampaikan pada pemimpin-pemimpin G20 adalah kekhawatiran mengenai keruntuhan ekonomi di Afghanistan, karena keruntuhan ekonomi di Afghanistan tentu akan menimbulkan dampak eksponensial di kawasan" kata Griffiths Sabtu (30/10).
"Dan isu spesifik yang akan saya minta dari mereka untuk fokus pertama-tama adalah isu untuk mendapatkan uang tunai ke perekonomian Afghanistan, tidak ke tangan Taliban, ke tangan rakyat yang dapat mengakses rekening bank mereka sendiri yang tidak dibekukan," katanya.
Griffiths mengatakan juga mengatakan sangat penting membayar gaji tenaga medis, guru dan profesi-profesi lainnya. Ia mengatakan banyak gagasan yang dibahas dengan semakin mendesaknya untuk mendapatkan likuiditas ke pasar.
Pesannya adalah respon cepat harus dilakukan tahun ini bukan musim semi mendatang.