Sabtu 30 Oct 2021 13:53 WIB

BMKG Imbau Warga Waspadai 10 Titik Panas di NTT

Masyarakat jangan melakukan pembakaran sampah atau rumput di lahan terbuka.

Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agung Sudiono Abadi mengimbau warga agar mewaspadai munculnya 10 titik panas (hotspot) yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Ilustrasi
Foto: republika
Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agung Sudiono Abadi mengimbau warga agar mewaspadai munculnya 10 titik panas (hotspot) yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agung Sudiono Abadi mengimbau warga agar mewaspadai munculnya 10 titik panas (hotspot) yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). "Kemunculan titik panas ini perlu diwaspadai masyarakat dengan jangan melakukan pembakaran sampah atau rumput di lahan terbuka ," katanya ketika dihubungi di Kupang, Sabtu (30/10).

Ia menjelaskan 10 titik panas tersebut tersebar di Kabupaten Kupang, yaitu Kecamatan Amabi Oefeto, Amfoang Selatan, dan Amarasi Timur, masing-masing satu titik. Kabupaten Alor yaitu Alor Barat Laut dua titik,Alor Selatan satu titik, Alor Timur satu titik, Atadei Kabupaten Lembata satu titik, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, yaitu Amanatun Utara dan Amanuban Selatan, masing-masing satu titik.

Baca Juga

Agung menjelaskan sebaran titik panas tersebut terdeteksi berdasarkan hasil pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP, dan NOAA20 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luasan satu kilometer persegi dan pada suatu lokasi di permukaan Bumi akan diobservasi 2-4 kali per hari.

Citra satelit tersebut hanya menilai anomali refleksivitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas. "Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami pastikan," katanya.

Agung menambahkan pada wilayah yang tertutup awan maka titik panas tidak dapat terdeteksi.Kondisi kekeringan dan embusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung sebaran suatu titik panas tersebut. "Sebab itu, masyarakat perlu waspada termasuk jangan membuang puntung rokok sembarangan yang dapat memicu kebakaran lahan atau hutan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement