REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Orang-orang bersenjata yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Taliban menyerang sebuah pernikahan di Afghanistan timur untuk menghentikan pemutaran musik. Serangan ini menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 10 lainnya.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan dua dari tiga pria bersenjata telah ditangkap tetapi membantah mereka bertindak atas nama gerakan Islam, dilansir di BBC, Ahad (31/10).
Musik dilarang ketika Taliban memerintah negara itu dari 1996 hingga 2001. Otoritas baru belum mengeluarkan keputusan seperti itu.
Seorang saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa empat pasangan menikah dalam pernikahan bersama di Distrik Surkh Rod di provinsi Nangarhar pada Jumat (29/10). Mereka telah meminta izin dari seorang pemimpin Taliban setempat untuk memutar rekaman musik di area yang hanya digunakan para wanita.
Tapi larut malam, orang-orang bersenjata memaksa masuk dan mencoba menghancurkan pengeras suara. Ketika para tamu memprotes, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kasus itu sedang diselidiki. Kelompok ISIS, yang menentang Taliban, juga aktif di Nangarhar dan telah disalahkan atas insiden serupa di masa lalu.
Afghanistan jatuh ke tangan Taliban pada Agustus setelah Amerika Serikat menarik pasukan terakhir yang tersisa dan gerilyawan menyapu seluruh negeri untuk merebut kembali tanah.
Selama pemerintahan sebelumnya, kelompok ini memberlakukan interpretasi hukum Islam yang sangat ketat. Tetapi baru-baru ini berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat karena mencari pengakuan internasional.
Sejak Taliban kembali berkuasa, kelompok itu dituduh membunuh seorang penyanyi folk dan menghancurkan instrumen. Banyak penyanyi dan musisi telah meninggalkan Afghanistan.