REPUBLIKA.CO.ID, OLEH LILIS SRI HANDAYANI
Kabupaten Indramayu memiliki garis pantai terpanjang di Jawa Barat. Dengan panjang pantai mencapai 147 kilometer, daerah di pesisir pantura Jawa Barat itu memiliki banyak obyek wisata pantai. Salah satunya adalah Pantai Bali 2.
Obyek wisata itu berjarak sekitar sepuluh kilometer dari pusat kota Indramayu. Lokasinya mudah ditemukan, karena berada tak jauh dari Pertamina Balongan. Setelah menyusuri Jalan Raya Balongan, pengunjung akan menemukan sebuah billboard bertuliskan ‘Selamat Datang di Pantai Bali 2’.
Sinar matahari yang menyengat pada Jumat (29/10) pukul 14.00 WIB di wilayah tersebut, langsung berganti dengan udara yang terasa adem sesaat setelah memasuki loket masuk Pantai Bali 2. Ratusan batang pohon, yang sebagian besar adalah pohon cemara laut, mampu menghalau udara yang panas. Tak hanya itu, suara gesekan dedaunan cemara laut yang tertiup angin, menghasilkan ‘nyanyain alam’ yang menenangkan.
Semilir angin pun semakin menambah kesegaran suasana pantai, yang dihiasi ombak yang saling berkejaran. Sejumlah spot foto selfie hadir dan mengundang para pengunjung untuk segera mengabadikan keceriaan mereka.
"Inilah Pantai Bali 2. Untuk Pantai Bali 1, adanya yaa di Pulau Dewata," tutur pengelola Pantai Bali 2, Akso Surya Darmawangsa, sambil tertawa lepas, saat menjelaskan kepada Republika maksud dari angka 2 pada nama Pantai Bali 2.
Akso mengatakan, penamaan pantai yang dikelolanya dengan nama Pantai Bali 2 itu merupakan salah satu upaya untuk memunculkan rasa penasaran masyarakat agar datang berkunjung. Nama itupun mudah diingat karena sama dengan nama Pulau Dewata, yang selama ini menjadi salah satu destinasi wisata utama di Indonesia.
Tak serta merta meniru nama pulau, nama Pantai Bali 2 sesungguhnya merupakan singkatan dari ‘Balongan Indah’. Nama tersebut mengacu pada nama desa dari obyek wisata tersebut, yakni Desa Balongan, Kecamatan Balongan.
Seperti namanya, Pantai Bali 2 memang memiliki pemandangan yang sangat indah, terutama saat matahari terbit (sunrise) maupun matahari terbenam (sunset). Banyak pengunjung yang sengaja datang menjelang kedua momen itu, terutama di sore hari. Semburat sinar matahari yang berwarna jingga, ditambah dengan deburan ombak pantai, akan membuat para pengunjung terpesona.
Keberadaan Pantai Bali 2 awalnya dirintis secara swadaya oleh masyarakat pada 2006. Namun selama beberapa tahun setelah berdirinya, obyek wisata tersebut seperti jalan di tempat.
Pada September 2016, Pantai Bali 2 ditetapkan pemerintah sebagai salah satu lokasi pertandingan PON XIX/2016 untuk cabang olah raga layar. Karenanya, sejumlah pembenahan fasilitas pun dilakukan di obyek wisata tersebut.
Kedatangan para atlet dari berbagai daerah di Indonesia, hingga masifnya pemberitaan mengenai pelaksanaan pertandingan di cabor tersebut, turut mengangkat pamor Pantai Bali 2. Meski demikian, obyek wisata itu masih belum mampu menjadi destinasi wisata unggulan.
Mulai 2017, Akso yang memimpin pengelolaan Pantai Bali 2 pun melakukan inovasi dan pembenahan. Salah satunya adalah penanaman ratusan batang pohon cemara laut, untuk mengatasi kondisi pantai yang saat itu masih gersang.
"Kami ingin menghadirkan suasana pantai yang hijau dan sejuk," tutur Akso.
Penanaman cemara laut itu dilakukan secara bertahap oleh pihak pengelola, tergantung ketersediaan anggaran mereka. Pasalnya, penanaman dilakukan swadaya, tanpa bantuan dari pihak manapun.
Selain penanaman pohon, berbagai inovasi untuk mempercantik pantai terus dilakukan. Di antaranya dengan menyediakan berbagai spot foto yang instagramable. Spot-spot itu dibuat tiga dimensi sehingga lebih menarik. Berbagai fasilitas pun tersedia, seperti permainan anak, mushola, kamar mandi bilas maupun aula.
Upaya itu berhasil membuat Pantai Bali 2 menjadi viral di media sosial, terutama saat memasuki tahun 2019. Tingkat kunjungan wisatawan menjadi naik hingga rata-rata seribu pengunjung per hari di akhir pekan, meski di hari biasa masih di kisaran kurang dari 100 orang per hari. Tak hanya dari wilayah Indramayu, pengunjung pun banyak yang datang dari daerah lainnya di Wilayah Ciayumajakuning, Bandung maupun Jabodetabek.
Harga tiket bagi pengunjung pun cukup terjangkau. Yakni, Rp 7.500 per orang dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Sedangkan jam bukanya mulai pukul 07.00 - 18.00 WIB.
Ramainya jumlah pengunjung otomatis berdampak pada meningkatnya perekonomian warga setempat, baik yang bekerja sebagai karyawan Pantai Bali 2 maupun pedagang. Ada 27 pedagang yang berjualan di kios-kios yang berderet rapi di area pantai tersebut.
Pihak pengelola tak ingin memberatkan para pedagang. Mereka ingin agar pedagang, yang merupakan warga setempat, bisa ikut menikmati keuntungan dari keberadaan obyek wisata di desa mereka sendiri. Untuk itu, sewa kios yang ditetapkan bagi pedagang sangatlah murah, hanya Rp 100 ribu per bulan, dengan ukuran kios 6 X 6 meter.
"Sebelum ada Pantai Bali 2, mereka bekerja serabutan, ada juga yang hanya berdiam di rumah. Namun setelah ada Pantai Bali 2, mereka bisa memperoleh penghasilan dari sini," tutur Akso.
Bersama pihak pengelola, para pedagang pun menyadari bahwa yang mereka jual tak sekedar makanan dan minuman, melainkan jasa wisata. Untuk itu, mereka harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung, termasuk tidak mematok harga mahal barang jualan mereka.
"Sapta pesona kami jaga. Baik kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahtamahan, keamanan, ketertiban dan kenangan. Kami ingin pengunjung yang datang bisa memiliki kenangan yang indah di sini sehingga akan datang kembali di kemudian hari," cetus Akso.
Untuk lebih menciptakan kenangan, inovasi pun terus dilakukan. Minimal setiap bulan, pihak pengelola selalu menghadirkan hal yang baru di Pantai Bali 2.
"Kita punya konsep, setiap bulan harus ada perubahan, entah itu apa, entah di mana. Sehingga pengunjung yang datang, akan merasa ada yang berbeda. Dengan cara itu, pengunjung menjadi stabil bahkan meningkat," tutur Akso.
Namun sayang, di tengah popularitasnya yang menanjak sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Indramayu, pandemi Covid-19 menerjang pada awal 2020. Pantai Bali 2 pun terpaksa harus buka tutup, sesuai ketentuan pemerintah.
Bahkan, saat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 pada Juli – Agustus 2021, obyek wisata itu harus tutup total selama dua bulan. Kondisi itu membuat karyawan dan pedagang di Pantai Bali 2 menjadi sangat terpuruk. Selain 27 orang pedagang, tercatat ada 25 karyawan yang bekerja di obyek wisata itu.
Mereka kehilangan sumber penghasilan hingga banyak yang terjerat utang untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka pun sempat mengibarkan ratusan bendera putih pada 31 Juli 2021.
"Kondisi kami saat itu kembang kempis," terang Akso.
Meski demikian, pihak pengelola tak pernah berhenti berinovasi. Mereka optimis, kondisi itu akan membaik. Karenanya, meski dalam kondisi tutup, mereka tetap menghadirkan berbagai spot selfie yang baru. Mereka membuatnya sendiri dengan memanfaatkan limbah palet kayu bekas aktivitas Pertamina. Limbah tersebut, mereka jadikan berbagai hiasan menarik. Pengelola dan pedagang pun bekerja bakti, membersihkan area obyek wisata.
Seiring membaiknya penyebaran Covid-19, Pantai Bali 2 akhirnya diperkenankan buka kembali pada awal September 2021. Dengan inovasi dan aksi bersih-bersih, mereka langsung siap menyambut pengunjung, meski dengan pembatasan 25 persen dari total kapasitasnya yang mencapai 10 ribu pengunjung. Protokol kesehatan pun mereka terapkan.
"Semua karyawan dan pedagang pun saya wajibkan vaksin Covid-19. Kalau tidak, out," tegas Akso.
Setelah buka kembali, promosi pun mereka gencarkan melalui media sosial. Hasilnya, jumlah pengunjung saat ini hampir mendekati kondisi sebelum pandemi Covid-19. Pengunjung dari luar kota bahkan datang dengan menggunakan bus-bus rombongan.
Tak hanya sekedar tempat wisata, Pantai Bali 2 juga kerap digunakan sebagai tempat reuni, pengajian, kemah, maupun pernikahan. Pada November 2021, bahkan sudah ada empat pihak yang mem-booking acara di pantai tersebut.
"Ya Alhamdulillah. Kami bangkit setelah obyek wisata ini buka kembali," tutur Akso.
Salah seorang pedagang di Pantai Bali 2, Dasniti (41), mengakui hal itu. Dia mengatakan, kondisi perekonomian keluarganya mulai membaik setelah dibukanya kembali obyek wisata tersebut. Omset jualannya rata-rata mencapai Rp 300 ribu per hari.
"Saya punya empat anak. Dari jualan di sini bisa untuk makan dan kebutuhan anak sekolah," terang Dasniti.
Dasniti dan keluarganya sempat terpuruk selama penutupan total obyek wisata. Pasalnya, dia dan suaminya menggantungkan sepenuhnya mata pencaharian mereka dari berjualan di Pantai Bali 2. Selain menghabiskan seluruh tabungan, dia juga harus menutupi kebutuhan keluarganya dari utang kanan-kiri.
"Alhamdulillah sekarang bisa jualan lagi, jadi ada pemasukan lagi. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir," cetus perempuan yang berjualan seblak dan kelapa muda tersebut.
Akso menambahkan, harapan senada juga disampaikan pengelola obyek wisata lainnya yang tergabung dalam Asosiasi Pelaku Pariwisata Indramayu (APPI). Ada 27 obyek wisata yang menjadi anggota asosiasi itu, baik wisata alam, wisata buatan maupun wisata religi.
Akso mengatakan, jumlah karyawan yang bekerja di 27 obyek wisata itu ada sekitar seribu orang. Sedangkan jumlah pedagang yang berjualan di setiap obyek wisata itu, ada di kisaran 20 – 30 orang. Sama seperti di Pantai Bali 2, kondisi mereka pun terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Kini, lanjut Akso, obyek-obyek wisata itupun sedang berusaha untuk bangkit kembali seiring membaiknya pandemi Covid-19. Mereka saling mendukung satu sama lain.
"Kita tanamkan bahwa untuk mengelola tempat wisata, kalau yang dicarinya profit dulu, maka tidak bisa jalan. Pengelola harus mencintai dulu, mau membangun, mau berbenah, hasil itu nomor sekian. Kalau itu ditanamkan, obyek wisata akan jalan," tukas pria yang menjabat sebagai Ketua APPI tersebut.
Akso juga berharap, ada bantuan dari pemerintah untuk lebih membantu membangkitkan pariwisata di Kabupaten Indramayu. Dia menyatakan, bidang pariwisata turut berperan dalam pemulihan ekonomi masyarakat yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Sementara itu, untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, pemerintah memberi dukungan melalui berbagai program. Yakni, Bangga Berwisata di Indonesia, Bangga Buatan Indonesia, dan Indonesia Care/I Do Care di sektor perhotelan dan pariwisata. Dukungan juga telah diberikan kepada kegiatan perfilman, Bantuan Pemerintah untuk Usaha Pariwisata (BPUP) dan dukungan akomodasi hotel untuk para tenaga kesehatan.
Pemerintah melalui dana PEN juga mengalokasikan Rp 7,67 triliun pada tahun ini, untuk mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional dan pelatihan SDM pariwisata.
"Program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) bagi pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada tahun ini anggarannya juga ditingkatkan menjadi Rp 60 milliar. Ini berarti, meningkat hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2020 yang anggarannya Rp 24 milliar," ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. dalam Rakornas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021, dalam siaran persnya, pada Senin (27/9).