REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Orang-orang bersenjata yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Taliban melakukan serangan di sebuah acara pernikahan di Afghanistan timur. Mereka menyerang untuk menghentikan pemutaran musik.
Serangan tersebut menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 10 lainnya. Seorang juru bicara Taliban mengatakan dua dari tiga pria bersenjata telah ditangkap. Namun Taliban membantah bahwa pelaku merupakan anggota kelompok tersebut. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kasus tersebut sedang diselidiki.
Seorang saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa empat pasangan menikah dan menggelar acara resepsi bersama di distrik Surkh Rod di provinsi Nangarhar pada Jumat (29/10). Mereka telah meminta izin kepada seorang pemimpin Taliban setempat untuk memutar rekaman musik di area resepsi yang hanya digunakan oleh para wanita.
Namun pada larut malam, orang-orang bersenjata memaksa masuk dan mencoba menghancurkan pengeras suara. Ketika para tamu memprotes, orang-orang bersenjata tersebut melepaskan tembakan.
Kelompok ISIS, yang berseberangan dengan Taliban, juga aktif di Nangarhar. Mereka telah dituding melakukan kesalahan atas insiden serupa di masa lalu.
Taliban melarang musik ketika mereka berkuasa pada periode 1996 hingga 2001. Mereka belum menetapkan aturan serupa ketika kembali menguasai Afghanistan pada Agustus lalu.
Selama pemerintahan periode sebelumnya, Taliban memberlakukan interpretasi hukum Islam yang sangat ketat. Akan tetapi ketika kembali berkuasa, Taliban berusaha untuk menampilkan citra yang lebih moderat dan mencari pengakuan internasional.
Sejak Taliban kembali berkuasa, mereka dituduh membunuh seorang penyanyi folk dan menghancurkan instrumen. Sejauh ini banyak penyanyi dan musisi telah meninggalkan Afghanistan.