Ahad 31 Oct 2021 19:20 WIB

3 Perkara Mesti Dilakukan agar Terhindar dari Maksiat Sama

Maksiat bisa berakibat buruk terhadap amal ibadah orang beriman

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Maksiat bisa berakibat buruk terhadap amal ibadah orang beriman. Bertaubat. Ilustrasi
Foto: Republika/Thoudy Badai
Maksiat bisa berakibat buruk terhadap amal ibadah orang beriman. Bertaubat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Mufti Mesir dan juga Anggota Majelis Ulama Al-Azhar Syekh Ali Jumah mengatakan, terdapat tiga perkara yang dapat menghindarkan seseorang agar tidak tergelincir ke maksiat atau dosa yang sama.

Dilansir di El-Balad, Ahad (31/10), Syekh Ali menjelaskan bahwa sesungguhnya syahwat telah banyak mengalahkan umat Muslim. Di kemudian hari, banyak pula yang telah melihat dan menyadari dan memohon ampunan kepada Allah SWT, namun sayangnya tak sedikit pula yang mengulangi (perbuatan dosa)-nya kembali.

Baca Juga

Kemudian, kata Syekh Ali, segelintir orang itu akan lupa dan kembali dijerumuskan nafsu dan syahwatnya lagi. Seolah-olah mereka berpikir telah diputuskan dari rahmat Allah karena sulit untuk keluar dari jerat kemaksiatan. Lantas bagaimana jalan keluar dari perputaran tersebut?

Sebab sejatinya, Allah tidak memperkenankan hamba-Nya untuk berputus asa dalam masalah apapun. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Yusuf penggalan ayat 87: 

إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ  “Innahu laa yay-asu min ruhillahi illal-qaumil-kaafirin.”. Yang artinya, “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Syekh Ali Jumah menerangkan bahwa dosa akan berlipat ganda apabila seorang Muslim dikelilingi oleh kemaksiatan dan cenderung mengikuti nafsu syahwatnya. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Ahzab ayat 40-44: 

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ ۚ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا

“Maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijaalikum walakin Rasulallahi wa khaatama an-nabiyyina wa kaanallaha bikulli aliman. Yaa asyyuhalladzina aamanuu-dzkuruullaha dzikran katsiran. Wa sabbihuhu bukratan wa ashilan. Huwalladzi yushalli alaikum wa malaaikatuhu liyukhrijakum minazzhulumaati ilannuri, wa kaana bil-mukminina rahima. Tahiyyatuhum yauma yalqaunahu salam, wa a’adda lahum ajran karima.” 

Yang artinya, “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah  salam dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.

Syekh Ali menjelaskan bahwa ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang kerap dibaca dan dihafal oleh umat Muslim. Allah SWT mengutus kepada umat Islam seorang Rasul dan tidak menjadikannya ayah dari siapapun, sehingga dia merupakan sosok yang suci bagi umatnya. Berikut sejumlah perkara agar seseorang tak mengulangi dosa-dosanya:

Pertama, menjadikan dirimu sebagai ‘putra’ Nabi. Bayangkan citra Nabi yang berada di hadapan diri siang dan malam. Sebab hidup bersama Rasulullah SAW akan membantu umat Muslim untuk terus melangkah ke dalam kebaikan menuju Allah SWT. Sehingga tatkala seorang Muslim sudah menempatkan Rasulullah SAW di sisinya, maka setiap saat akan timbul rasa malu untuk berbuat dosa kapanpun di manapun. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement