REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan AS dan Turki perlu menemukan cara untuk menghindari krisis. Kedua negara telah bersitegang dalam beberapa waktu terakhir terkait dengan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia oleh Turki.
Biden dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan bertemu pada Ahad (31/10) di Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 20 (G20). Seorang pejabat senior pemerintah AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan kedua pemimpin membahas masalah regional yang melibatkan Suriah dan Libya.
Peran Turki sebagai sekutu NATO telah mendapat sorotan tajam dalam beberapa pekan terakhir. Pada 23 Oktober, Erdogan mengatakan 10 duta besar asing harus dinyatakan persona non grata atau diusir dari Turki. Para diplomat yang diusir tersebut di antaranya AS, Prancis, dan Jerman. Alasan pengusiran tersebut karena para duta besar telah mengeluarkan pernyataan terkait upaya menyelesaikan kasus Osman Kavala, seorang pengusaha yang ditahan di penjara sejak 2017.
“Saya tidak bisa dengan jujur mengatakan bahwa ada proses yang sehat dalam hubungan Turki-Amerika,” ujar Erdogan yang dikutip oleh Anadolu Agency September lalu.
Presiden Erdogan menjelaskan dia terbuka untuk membeli sistem rudal Rusia. Dalam wawancara pada September dengan CBS News, Erdogan mengatakan negaranya tidak diberi opsi untuk membeli rudal Patriot buatan Amerika. Dia juga mengatakan AS belum mengirimkan jet siluman F-35 meskipun Turki sudah melakukan pembayaran senilai 1,4 miliar dolar AS.
AS mengeluarkan Turki dari program F-35 dan menjatuhkan sanksi kepada pejabat pertahanan setelah membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. AS sangat keberatan dengan penggunaan sistem Rusia di dalam NATO karena menimbulkan ancaman bagi F-35. Turki mengatakan sistem rudal S-400 buatan Rusia dapat digunakan secara independen tanpa diintegrasikan ke dalam sistem NATO sehingga tidak menimbulkan risiko.