REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- American Airlines membatalkan ratusan penerbangan pada hari Ahad (31/10) untuk hari ketiga berturut-turut. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kurangnya staf dan pada akhirnya membatalkan rencana akhir pekan untuk puluhan ribu penumpang.
Sebanyak 900 penerbangan dibatalkan dan angka tersebut merupakan sepertiga dari jadwal penerbangan hari itu. American Airlines juga membatalkan hampir 900 penerbangan selama dua hari sebelumnya.
“Untuk memastikan kami menjaga pelanggan kami dan memberikan kepastian penjadwalan untuk kru kami, kami telah menyesuaikan operasi kami selama beberapa hari terakhir bulan ini dengan secara proaktif membatalkan beberapa penerbangan," kata Chief Operating Officer American Airlines David Seymour dikutip dari AP News, Senin (1/11).
Sekitar dua pertiga dari pembatalan penerbangan pada akhir pekan lalu karena kurangnya pramugari. Begitu juga dengan kurangnya jumlah pilot menurut angka internal yang dilihat oleh The Associated Press.
Seymour mengatakan hampir 1.800 pramugari akan kembali bekerja pada hari ini (1/11) dan setidaknya 600 karyawan baru akan bergabung pada akhir tahun. Dia mengatakan maskapai juga mempekerjakan pilot dan agen reservasi tepat waktu untuk liburan.
Maskapai dilarang memberhentikan pekerja selama pandemi sebagai syarat untuk mendapatkan miliaran bantuan pandemi. Sementara American Airlines merumahkan 19 ribu pekerja ketika uangnya habis tahun lalu, tetapi membalikkan cuti ketika bantuan dipulihkan.
Meskipun begitu, hal tersebut tidak menghentikan maskapai untuk membujuk ribuan karyawan menerima insentif tunai dan berhenti secara sukarela. American, Southwest, dan lainnya sekarang mempekerjakan karyawan untuk menggantikan beberapa dari mereka yang pergi pada 2020.
Pilot American Airlines dan juru bicara Asosiasi Pilot Dennis Tajer mengatakan serikat pekerja belum pernah melihat tingkat pembatalan yang begitu tinggi setelah badai berlalu. “Sejak musim semi kami telah memperingatkan kegagalan manajemen pascacuaca ini untuk pulih, dan itu semakin buruk. Kami terus sangat prihatin dengan ketidakpastian seputar musim perjalanan liburan musim dingin yang akan datang,” ungkap Tajer.