REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Hujan dengan intensitas tinggi memicu terjadinya banjir di Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Drainase yang tersumbat memperparah peristiwa yang terjadi pada Ahad (31/10) pukul 15.00 waktu setempat.
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan Essa Nugraha mengatakan, sebanyak 31 kepala keluarga (KK) terdampak dan 31 rumah terendam akibat fenomena tersebut. Tinggi mata air (TMA) saat kejadian berkisar antara 60-100 sentimeter dan memaksa warga untuk mengungsi ke posyandu dan rumah kerabat.
"Diungsikan di posyandu dan rumah warga lainnya. Kami pasang tenda milik warga sekitar di depan posyandu," katanya melalui pesan singkat seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (1/11). Kendati demikian, pihaknya mencatat tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut.
Menanggapi kejadian banjir, BPBD Kota Tangsel telah mendistribusikan bantuan kepada warga terdampak berupa alat kebersihan. Adapun bantuan yang diberikan ember, sapu lidi, sapu lantai, sikat gagang, pel gagang, dan pembersih lantai seluruhnya masing-masing 40 buah.
Hingga saat ini pihaknya masih memonitor dan berkoordinasi dengan pihak lingkungan setempat untuk melakukan penanganan pascakejadian.
"Menurut pantauan tim lapangan BPBD, hingga pukul 19.00 WIB banjir masih menggenangi perumahan warga meski air berangsur surut," ujarnya.
Menurut prakiraan cuaca tiga harian BMKG, Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang hingga Selasa (2/11) mendatang. Wilayah Provinsi Banten yang juga berpotensi mengalami hal sama adalah Kabupaten Pandeglang dan sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah meminta masyarakat di beberapa wilayah Indonesia untuk waspada dan siap siaga terhadap potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan, 31 Oktober hingga 6 November 2021. Hal tersebut berdasarkan analisis perkembangan kondisi cuaca di seluruh Indonesia.
Hal itu karena BMKG memonitor adanya indikasi potensi signifikan dinamika atmoster yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia. “Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya potensi belokan dan perlambatan angin yang dapat meningkatkan pola konvektifitas, diprediksi aktifnya fenomena MJO, aktifnya gelombang Rossby dan gelombang Kelvin dan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (1/11).
Pada periode 31 Oktober hingga 1 November 2021, BMKG merilis prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang berpotensi dampak banjir dan banjir bandang, dengan kategori ‘Siaga’ yaitu pada wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Selain itu, BMKG juga merilis prakiraan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang pada 31 Oktober hingga 6 November 2021.
Beberapa wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan, di antaranya Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Terpisah, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Deputi Bidang Pencegahan telah meminta BPBD di seluruh wilayah provinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
"Pada Jumat lalu (22/10), Deputi Bidang Pencegahan BNPB telah menyampakan langkah-langkah kesiapsiagaan, khususnya menghadapi dampak fenomena La Nina di Tanah Air," ujarnya.
BNPB mengimbau BPBD dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem tersebut. Ia menambahkan, beberapa langkah kesiapsiagaan perlu dilakukan sejak dini, seperti mengaktifkan tim siaga bencana hingga tingkat desa maupun koordinasi antardesa di bagian hulu dan hilir.
BMKG sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan dini potensi La Nina di Indonesia yang dapat terjadi pada periode Oktober 2021 hingga Februari 2022. Fenomena tersebut dapat menimbulkan beberapa bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan puting beliung.
Sementara, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengaku, pihaknya terus mendorong pemerintah daerah, khususnya BPBD dan masyarakat untuk selalu waspada dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana hidrometeorologi. Salah satu kesiapsiagaan yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan curah hujan secara berkala.
"Apabila hujan telah berlangsung selama satu jam dan jarak pandangan sejauh 30 meter sudah tidak terlihat, masyarakat yang berada di lereng dan bantaran sungai harus segera melakukan evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman," ujarnya.
Selain itu, masyarakat diharapkan senantiasa menjaga kebersihan lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran air.