REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tanjung mengatakan bahwa partainya menerapkan paradigma baru pada pemilihan umum (Pemilu) 2004. Saat itu, pihaknya menjadi yang pertama kali dalam menggelar konvensi calon presiden (capres).
"Golkar dengan paradigma baru memperkenalkan sistem rekrutmen calon presiden melalui konvensi. Rekrutmen calon presiden dengan konvensi itu adalah yang pertama kali dilakukan," ujar Akbar dalam sebuah diskusi yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Senin (1/11).
Lewat paradigma baru tersebut, Partai Golkar disebutnya berhasil keluar sebagai pemenang Pemilu 2004 dengan perolehan 128 kursi di DPR. Meski sosok pemenang konvensi gagal terpilih sebagai presiden terpilih tahun itu.
"Itulah perkembangan kami, kami secara intensif melakukan berbagai pendekatan dengan membawa paradigma baru," ujar Akbar.
Ke depan, ia berharap adanya perubahan atau perbaikan dalam kehidupan politik di Indonesia. Terutama jelang menghadapi Pemilu 2024, demi menghasilkan peningkatan kualitas sistem demokrasi.
"Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan fungsi partai politik sebagai lembaga politik yang tentu saja harapan kita ke depan kelembagaan partai politik semakin menguat di waktu-waktu yang akan datang," ujar Akbar.
Diketahui, Partai Golkar menggelar konvensi untuk memilih calon presiden pada 2004. Saat itu, pihaknya merekrut sekitar 19 calon capres melalui pendaftaran secara terbuka dan melalui proses seleksi tingkat 1 dan 2.
Hingga akhirnya, terseleksi ke sejumlah nama, yakni Prabowo Subianto, Wiranto, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Wiranto yang saat itu menjabat Ketua Umum Partai Hanura keluar sebagai pemenang konvensi dan menjadi capres yang diusung koalisinya.
Baca juga: Konvensi Capres: Peserta Bisa Nyapres, Bisa Juga Diabaikan