Senin 01 Nov 2021 13:35 WIB

Studi: Vaksin Beri Kekebalan Lebih Kuat dari Infeksi Alami

Vaksin Covid-19 diyakini beri kekebalan lebih kuat dibandingkan infeksi alami.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Vaksin Covid-19 diyakini beri kekebalan lebih kuat dibandingkan infeksi alami.
Foto: Pxhere
Vaksin Covid-19 diyakini beri kekebalan lebih kuat dibandingkan infeksi alami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi Covid-19 diyakini mampu memberikan perlindungan yang lebih kuat daripada kekebalan yang terbentuk setelah terinfeksi Covid-19. Hal ini merujuk pada sebuah studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid di 187 rumah sakit di sembilan negara bagian dari Januari hingga September, pada periode yang mencakup varian alfa dan delta. Peserta studi adalah mereka yang sempat terinfeksi Covid-19 dalam tiga hingga enam bulan terakhir, atau telah divaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna dalam tiga hingga enam bulan terakhir. 

Baca Juga

Penerima vaksin Johnson & Johnson tidak termasuk dalam studi karena tidak ada cukup data. Sebanyak 6.328 orang yang divaksinasi lengkap dalam penelitian ini dirawat di rumah sakit dengan penyakit mirip Covid-19, tetapi di antara mereka, hanya 324 atau 5,1 persen, yang dinyatakan positif terkena Covid-19. 

Pada kelompok kedua yakni mereka yang tidak divaksinasi tetapi sebelumnya terinfeksi, ada total 1.020 orang yang dirawat di rumah sakit, 89 di antaranya, atau 8,7 persen, dinyatakan positif Covid-19. Baik vaksin Pfizer maupun Moderna memberikan perlindungan yang lebih tinggi daripada infeksi sebelumnya. Efek perlindungan dari vaksin juga lebih tinggi pada kelompok lanjut usia berusia 65 tahun ke atas.

“Kami sekarang memiliki bukti tambahan yang menegaskan kembali pentingnya vaksin Covid-19, bahkan jika Anda pernah terkena Covid-19 sebelumnya,” kata Direktur CDC Dr Rochelle Walensky dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Profesor imunologi di University of Arizona Deepta Bhattacharya, yang tidak terlibat dengan studi, memperingatkan bahwa akan sangat sulit untuk membandingkan kekebalan yang diinduksi vaksin dengan kekebalan yang diinduksi oleh infeksi.

"Ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk debat. Tetapi memilih kekebalan yang diinduksi dari vaksin nyatanya jauh lebih baik, karena infeksi bisa membuat Anda benar-benar mengalami sakit,” kata Bhattacharya seperti dikutip dari NBC News, Senin (1/11).

Karena penelitian ini hanya mencakup orang yang divaksinasi atau sebelumnya terinfeksi dalam enam bulan sebelumnya, para peneliti memperingatkan bahwa efek perlindungan dapat berkurang seiring waktu. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa apa yang disebut kekebalan hibrida, atau kekebalan alami dari infeksi sebelumnya ditambah kekebalan yang diinduksi vaksin, mengarah pada perlindungan yang sangat kuat. Ini menjadi alasan lain mengapa orang yang sebelumnya terinfeksi harus divaksinasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement