REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) 2021 yang berlangsung secara hybrid sedang berlangsung. Universitas Nusa Mandiri (UNM) mendukung secara penuh kelancaran acara ini dengan menjadi host utama kegiatan Rakornas APTIKOM 2021.
Rakornas APTIKOM 2021 ini, akan berlangsung selama enam hari ke depan sejak 1 November 2021 hingga 6 November 2021, dengan berbagai rangkaian acara yakni sharing industri, SEMNASTIK (Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi), konferensi internasional ICIC (International Conference on Informatics and Computing) APTIKOM, Profesor Talk, Diaspora Talk dan Klinik Day. Seluruh rangkaian kegiatan ini akan menghadirkan narasumber-narasumber hebat Indonesia dan perwakilan dari seluruh perguruan tinggi yang tergabung dalam APTIKOM.
Dr Dwiza Riana, rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM) mengatakan bahwa, UNM mendukung sepenuhnya kelancaran acara Rakornas APTIKOM 2021 dari awal acara hingga selesai, enam hari kedepan. Kegiatan Rakornas APTIKOM yang mengusuh tema “Memberdayakan Kecerdasan Artifisial untuk Percepatan Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0” digelar dengan sistem hybrid.
"Acara disiarkan langsung di Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda, Jalan Margonda Raya No 545, Pondok Cina, Beji, Depok dan juga secara daring melalui Zoom dan Youtube APTIKOM,” jelasnya pada media Senin (1/11).
Sementara itu, balutan baju adat membungkus para host, yang menjadikan kegiatan ini semakin meriah. Bukan tanpa alasan, pemilihan tema busana tersebut, dengan memakai baju adat.
Rety Palupi selaku pembawa acara Rakornas APTIKOM bersama Achmad Baroqah Pohan menyampaikan makna busana adat yang dikenakannya saat membuka kegiatan Rakornas APTIKOM 2021 di Universitas Nusa Mandiri (UNM) kampus Margonda. Ia menyebutkan pakaian yang dikenakannya merupakan busana suku Dayak perwakilan dari Kalimantan.
“Pakaian ini memiliki makna keberanian dan kekokohan pribadi seorang pemimpin yang menjunjung tinggi kedamaian dan kesetaraan juga keharmonisan bagi rakyatnya,” ujarnya, seperti dalam siaran pers.
Selanjutnya, Achmad Baroqah Pohan menjelaskan, busana yang dikenakannya merupakan busana adat dari provinsi Sulawesi Selatan, Makassar, suku Bugis yakni Songkoreca sebagai penutup kepala yang bermakna penutup kemuliaan dan menangkal hal-hal buruk dari luar.
“Sedangkan pakaiannya yakni jas tutu atau jas yang tertutup kerah bermakna kesopanan, tandasnya.
Busana adat yang dikenakan ini, imbuhnya sengaja dipilih sebagai pewakilan dari dua suku yang beranekaragam di Indonesia. “Namun, dalam keragaman budaya yang ada di Indonesia, kita semua tetap satu yakni Indonesia. Sama halnya dalam APTIKOM yang memiliki anggota dari berbagai provinsi mulai dari Sabang hingga Merauke, akan tetapi memiliki tujuan yang sama yakni kemajuan APTIKOM dan bangsa Indonesia,” tandasnya.