REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat kepemipinan Umar bin Khattab sebagai salah satu masa terbaik yang dialami Umat Islam. Pengaruh besarnya berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur kala itu.
Namun, kekuatan dan pengaruh besar itu ternyata tidak melunturkan nilai Islam dalam dirinya sehingga dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Seorang pemimpin yang sifatnya jarang bisa ditemui para pemimpin saat ini.
Sebuah kisah teladan tentang sifat takwa dan adilnya tergambar dalam sebuah peristiwa yang diriwayatkan Abu Salamah dan dituliskan dalam buku 150 Kisah Umar bin Khattab oleh Ahmad Abdul Al-Thahthawi sebagai berikut:
Dari Abu Salamah yang berkata, “Aku melihat ‘Umar ibn Al-Khattab memukuli lelaki dan perempuan di kolam air Masjid Al-Haram yang mereka gunakan untuk berwudhu bersama-sama, hingga mereka berpencar.
Umar berkata, "Wahai Fulan," ia menjawab, ‘Labbaik.'
"Umar lalu berkata, “Labbaik-mu tidak diterima! Apakah aku tidak menyuruhmu agar engkau membuat satu kolam air untuk lelaki dan satu kolam air untuk perempuan?,"
Setelah memarahi orang-orang itu, Umar lalu beranjak pergi dan bertemu dengan ‘Ali bin Abi Thalib RA. Saat bertemu dengannya, Umar berkata, "Aku takut, aku akan binasa,"
"Apa yang membuatmu binasa?" tanya Ali. Umar menjawab, ‘Aku telah memukul lelaki dan perempuan di Masjid Al-Haram.’
Lalu ‘Ali berkata, "Wahai Amirul Mukminin, engkau adalah seorang pemimpin dari para pemimpin. Jika engkau memberikan nasihat atau perbaikan, Allah tidak akan menyiksamu. Jika engkau memukul mereka karena kecurangan, engkau telah zalim."
Kisah Umar ini menunjukkan betapa takutnya ia kepada Allah SWT dan takut untuk berbuat zalim kepada rakyatnya. Sikap dan sifat tersebut harus diteladani para pemimpin saat ini yang lebih banyak mengutamakan keuntungan diri sendiri.