REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia membukukan kinerja yang positif per September 2021. Pada periode tersebut, laba sebelum pajak UUS Maybank Indonesia naik sebesar 21,5 persen menjadi Rp403 miliar di tengah kondisi pasar yang masih menantang.
"Hal ini didukung oleh fokus berkelanjutan yang dilakukan untuk meningkatkan pendanaan yang lebih efisien dan mengurangi simpanan berbiaya tinggi," kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dikutip Selasa (2/11).
Meskipun simpanan nasabah turun 5,7 persen menjadi Rp25,93 triliun, total CASA naik 35,5 persen menjadi Rp9,03 triliun pada September 2021. Sedangkan total pembiayaan UUS Maybank Indonesia juga turun sebesar 1,5 persen menjadi Rp24,81 triliun pada September 2021.
Sementara, total aset Unit Usaha Syariah per September 2021 naik 3,6 persen menjadi Rp37,06 triliun dibandingkan Rp35,77 triliun tahun lalu. Per September 2021, total aset Unit Usaha Syariah menyumbang 24,1 persen terhadap total aset Bank secara konsolidasian.
Maybank Indonesia terus mengimplementasikan strategi Shariah First, yang mengedepankan solusi keuangan Syariah menggunakan pendekatan Leveraged Model. Dengan strategi ini, Bank dapat mendayagunakan seluruh sumber daya dan jaringan terkait pemasaran produk keuangan berbasis Syariah.
"Penerapan strategi ini berkontribusi terhadap peningkatan kinerja Unit Usaha Syariah Maybak Indonesia," kata Taswin.
Sementara itu, anak usaha perseroan, PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp347 miliar atau turun 6,3 persen pada September 2021 dari Rp371 miliar pada September 2020.
Penurunan terjadi oleh karena total pembiayaan Maybank Finance turun sebesar 13,8 persen menjadi Rp5,81 triliun pada sembilan bulan 2021. Meski demikian, Maybank Finance tetap fokus untuk memastikan pengelolaan aset tetap terjaga dengan tingkat NPL yang membaik, yakni menjadi 0,4 persen (gross) dan 0,2 persen (net) per September 2021.
Anak usaha lainnya, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM), membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp96 miliar atau 18,7 persen dibandingkan dengan Rp81 miliar pada September 2020. Kenaikan ini didukung membaiknya kualitas kredit, sehingga biaya provisi menurun.
Pandemi masih menyebabkan pembiayaan WOM tertekan yakni turun 13,8 persen. Namun, tingkat NPL WOM membaik signifikan, berada pada 1,9 persen (gross) dan 0,9 persen (net) pada September 2021 dibandingkan dengan 6,1 persen (gross) dan 2,8 persen (net) pada September 2020.