Turis asing pada hari Senin (01/11) dilaporkan mulai berdatangan ke Bangkok dan destinasi liburan lainnya di Thailand, salah satunya Phuket. Thailand telah mengumumkan kebijakan pelonggaran pembatasan perjalanan yang diterapkan selama 18 bulan terakhir akibat pandemi COVID-19, untuk kembali mendongkrak sektor pariwisata.
Pandemi memukul telak perekonomian negara yang bergantung pada sektor pariwisata ini. Pada tahun 2020 sektor pariwisata mencatat kinerja terburuk sejak tahun 1997 silam. Diperkirakan jumlah kedatangan wisatawan ke Negeri Gajah Putih tersebut menurun lebih dari 80 persen.
Pemerintah Thailand telah memberikan lampu hijau bagi turis asing yang telah divaksin dosis penuh yang berasal dari 60 negara yang masuk kategori "risiko rendah" COVID-19 - termasuk AS dan Cina - untuk datang ke negara itu dan tidak perlu menjalani karantina.
Bandara Internasional Suvarnabhumi Bangkok dan Bandara Internasional Phuket pada Senin (01/11) pagi menjadi bandara yang mencatat kedatangan pertama turis asing, yang kebanyakan berasal dari Eropa. Bandara Suvarnabhumi Bangkok diperkirakan akan menerima kedatangan sekitar 30.000 penumpang pada Senin (01/11).
Para wisatawan mancangera hanya diwajibkan untuk mengikuti tes COVID-19 saat mendarat, dan menghabiskan malam di hotel yang disetujui pemerintah untuk menunggu hasil tes tersebut. Jika hasil tes negatif, wisatawan diizinkan untuk bepergian dengan bebas.
Apa kata turis asing?
"Kami sangat, sangat senang," kata seorang turis Jerman, Andre Winkler (55), kepada AFP, setelah ia dan pasangannya lulus menjalani pemeriksaan imigrasi di Bandara Suvarnabhumi Bangkok. "Kami tinggal di Thailand selama enam bulan setiap tahun di musim dingin karena di Jerman dingin. Terakhir kami datang ke Thailand sebelum corona, tahun 2019," ungkap Winkler.
Sementara di Phuket, Susanne Peter (57), mengatakan bahwa dirinya beserta pasangannya akan tinggal di Phuket selama seminggu pindah ke Bangkok dan Hua Hin, pantai terkenal lainnya di Thailand.
"Kami mencintai orang-orang (Thailand), mereka sangat baik dan sangat ramah,” katanya seraya menambahkan bahwa ini merupakan perjalanan pertama mereka sejak pandemi dimulai.
Ambisi besar Thailand
Thailand mengincar para pelancong yang "melarikan diri" dari musim dingin yang berlangsung mulai akhir tahun ini hingga awal tahun depan, seperti para pelancong dari negara-negara Eropa, AS, maupun Cina.
"Hal paling penting yang pemerintah dan saya pikirkan sekarang adalah untuk membuat mata pencaharian rakyat kembali ke normal," ujar Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha pada hari Jumat (29/10).
Sektor pariwisata menyumbang hampir seperlima pemasukan ekonomi di negara itu. Pemerintah pun mengharapkan 10 hingga 15 juta wisatawan asing kembali datang tahun depan, dengan perkiraan pendapatan melampaui $30 miliar (Rp420 triliun). Namun, target ini disambut kurang optimis oleh para pelaku industri, dikarenakan Cina - sumber pangsa terbesar dari turis di sana - masih menerapkan kebijakan progrm karantina ketat bagi warganya yang kembali dari perjalanan luar negeri.
Hasil uji coba tidak sesuai harapan
Sebelumnya Thailand telah melakukan uji coba pembukaan kembali destinasi wisata di sana yakni Phuket pada bulan Juli lalu. Pemerintah mengizinkan turis yang telah disuntik vaksin dosis penuh untuk tinggal di sana selama dua minggu sebelum diizinkan untuk bepergian ke daerah Thailand lainnya.
Namun, tercatat hanya ada 1% kedatangan pada bulan Juli lalu bila dibandingkan dengan jumlah sebelum pandemi. Total hanya ada 58.685 pengunjung dalam empat bulan terakhir yang datang ke Phuket, jauh dari angka yang pemerintah harapkan.
Kementerian Keuangan Thailand memprediksi hanya ada sekitar 180.000 turis asing yang datang tahun ini dan 7 juta di tahun depan. Jumlah pelancong yang diprediksi datang itu, jauh lebih kecil dibandingkan kedatangan turis di tahun 2019 yang mencapai angka 40 juta.
Dilansir kantor berita AFP, Thailand sendiri masih mencatat sekitar 10.000 kasus baru COVID-19 setiap harinya. Sekitar 42 persen dari 72 juta populasi di negara itu telah menerima dua vaksin dosis.
rap/as (AFP, Reuters)