REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat masyarakat Indonesia menggunakan kendaraan listrik semakin tinggi. Hal itu terlihat, salah satunya saat sejumlah perusahaan otomotif satu per satu mulai mengeluarkan kendaraan listrik berbagai model.
Menurut Direktur PT Volta, Willty Awan, jumlah peminat kendaraan listrik memang bertambah setiap tahunnya. Tapi, yang harus diperhatikan dalam perkembangan sektor ini adalah standariasai kendaraan termasuk bagian dalam setiap kendaraan seperti baterai. Standarisasi ini penting agar masyarakat lebih percaya dengan produk yang ditawarkan.
"Standarisasi ini sudah menjadi keharusan agar produk bisa dipercaya masyarakat. Karena selama ini masyarakat masih awam dengan kendaraan listrik," ujar Willty kepada wartawan di pameran E-Vehicle Expo 2021 di Cihampelas Walk, Selasa (2/11).
Volta sendiri, kata dia, saat ini tengah membangun industri di Semarang. Tahap awal produksi kendaraan listrik mencapai 3.000 unit per bulan. Ke depannya dengan permintaan yang terus meningkat, produksi di pabrik ini akan menjadi 10 ribu per bulan.
"Saya optimistis dengan produksi karena permintaan kendaraan listrik di Indonesia naik," katanya.
Menurut Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN) Kukuh Achmad, saat ini pihaknya mulai kebanjiran perusahaan yang ingin mendapat sertifikat nasional Indonesia (SNI) untuk kendaraan listriknya. BSN hingga saat ini sudah menetapkan 34 SNI terkait kendaraan listrik, dimana 14 SNI di antaranya adalah SNI untuk Sistem Charging Kendaraan Listrik. Sementara SNI terbaru yang dirilis BSN adalah 8 SNI terkait baterai kendaraan listrik.
"Ke depan bahan bakar yang biasa kita pakai sekarang seperti bensin akan habis. Maka kendaraan berbahan bakar fosil akan berubah menjadi bahan bakar listrik," ujar Kukuh.
Kukuh mengatakan, Indonesia saat ini juga tengah menarik sejumlah investor yang mau membangun perangkat kendaraan listrik termasuk pembuatan baterainya. Dengan cadangan nikel yang ada, Indonesia bisa jadi negara pengembanan kendaraan tersebut.
"Ini modal besar agar ke depan semua kendaraan bisa memakai listrik sebagai bahan bakar utama," katanya.
Di tempat yang sama, Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmadja menuturkan, Jawa Barat sekarang jadi salah satu daerah pengembangan pabrik baterai listrik. Pabrik tersebut diharap bisa memudahkan perusahaan kendaraan listrik dalam memproduksi.
Jabar sendiri dengan jumlah masyarakat yang besar mencapai 50 juta jiwa bisa menjadi pasar untuk penjualan kendaraan listrik. Perubahan penggunaan kendaraan fosil ke listrik pun diharap bisa memperbaiki bauran energi terbarukan di Jabar.
"Kita ingin ikut serta dalam menurunkan emisi gas rumah kaca termasuk dengan penggunaan kendaraan listrik," kata dia.