REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Upaya Komandan Satuan Tugas Citarum Harum Ridwan Kamil menggkoordinir pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mendapat kesempatan untuk dipresentasikan ke para pemimpin dunia dan stakeholder lingkungan hidup di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP26 yang digelar di Glasgow, Skotlandia.
Di Venue Indonesia Pavilion at COP 26 - UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11) Ridwan Kamil menjadi salah satu panelis dalam dialog yang bertema “Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions In Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions In Indonesia.” Bersama Menko Marvest Luhut B Pandjaitan, Menteri Lingkungan Hidup Denmark Leu Wermelin, Direktur Kerjasama Internasional dan Infrastruktur Berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang Ryuzo Sugimoto.
Pemulihan Citarum, dinilai penting diketahui dunia. Bukan karena merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat, namun Citarum yang memiliki panjang 270 kilometer ini menjadi sumber kehidupan bagi 18 juta warga di 13 kabupaten/kota yang dilintasi DAS. Sungai ini juga penting bagi kemakmuran 682.227 hektar lahan di 1.454 desa.
Citarum identik dengan pencemaran dan efek kerusakan lingkungan seperti banjir. Pengukuran kualitas air pada 2018 menunjukan Citarum dalam kondisi cemar berat setara Indeks Kualitas Air (IKA) 33,43 poin. Namun angkanya terus membaik sejak 2020-2021 dan masuk kategori cemar ringan dengan IKA 55 poin.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan target awal sebetulnya kualitas air Citarum tercemar sedang tapi kini bisa menjadi cemar ringan. Dalam penanganan dan perbaikan DAS Citarum ini, ia menggunakan prinsip yang sama seperti penanganan Covid-19. Yakni teori pentaheliks: akademisi bisnis, komunitas, pemerintahan, dan media.
"Dengan adanya program Citarum Harum, penanganan Sungai Citarum menurutnya berjalan lebih optimal," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Perbaikan juga terlihat dari mutu air Citarum juga sudah masuk dalam kelas dua, di mana ikan-ikan memungkinkan hidup dan masyarakat bisa menggunakannya untuk berenang. Selain itu ada 36.000 hektare lahan kritis di sepanjang aliran DAS Citarum yang dihijaukan. Angka ini di atas dari target 2021 yang hanya 15.000 hektare. Target 2025 ada 90.000 lahan dihijaukan. Kemudian pengelolaan sampah juga sudah mencapai 2.700 ton per hari.
Kemudian penanganan keramba jaring apung sudah melebihi target yakni dari 28.000 namun bisa mencapai 33.000. Sedangkan untuk pengelolaan sumber daya air dan pariwisata, luas volume dan genangan air yang sudah dibereskan mencapai 90 persen dari target 70 persen. Dari sisi penegakan hukum, ada 131 kasus pengaduan. Dari jumlah tersebut 15 di antaranya sudah diputus pengadilan pidana dan sanksi administrasi ada 70 kasus.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan, Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) angka pencemaran industri menunjukan adanya penurunan yang cukup signifikan di 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," katanya.
Hal serupa, kata dia, juga terjadi di level pencemaran yang dihasilkan oleh limbah domestik atau Biological Oxygen Demand (BOD) menunjukan angka pencemaran industri menurun sejak 2020 lalu. DLH Jabar juga mencatat adanya penurunan pencemaran Sungai Citarum dari limbah domestik dari 2019 ke 2020. Selain itu, tingkat erosi juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun lalu hal ini terukur dalam Total Suspended Solid (TSS).
Dalam dua tahun terakhir, menurut Prima, kontribusi sampah yang masuk ke Sungai Citarum berkurang banyak sampai 42 persen dibanding dengan sebelum program Citarum Harum bergulir. Satgas Citarum menargetkan Citarum memiliki mutu air kelas II setara dengan nilai IKA sebesar 60 poin yang ditargetkan tercapai pada akhir periode perencanaan pada tahun 2025.