REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran, Jawa Barat, menutup sementara aktivitas pariwisata di Pantai Karapyak di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran. Penutupan itu dilakukan setelah ada kasus wisatawan tenggelam akibat terseret arus pada Ahad (31/10).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Tonton Guntari, mengatakan, Pantai Karaprak ditutup sejak Senin (1/11) sore berdasarkan arahan langsung dari Bupati Pangandaran. Bupati meminta strandar operasional prosedur (SOP) yang ada di objek wisata itu diperbaiki sebelum dibuka kembali.
"Memang di sana (Pantai Karapyak) banyak hal yang mesti diperbaiki dari sisi keselamatan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (2/11).
Menurut dia, pihaknya sudah berkoordinasi dengan warga di sekitar Pantai Karapyak untuk menyusun SOP aktivitas pariwisata. SOP itu sudah dibuat dan akan diserahkan kepada Bupati Pangandaran.
Dalam SOP itu, nantinya akan ditempatkan personel Bala Wisata Tirta (Balawista) untuk melakukan pemantauan aktivitas di sekitar Pantai Karapyak. Selain itu, rambu-rambu peringatan di kawasan pantai juga akan ditambah. "Jadi sebentar lagi juga kita buka lagi. Besok palingan sudah bisa dibuka," ujar dia.
Tonton mengatakan, keberadaan rambu peringatan di Pantai Karapyak masih sangat minim. Pengawasan di objek wisata itu juga masih seadanya. Ia menambahkan, aktivitas berenang di Pantai Karapyak sebenarnya tak diperbolehkan. Wisatawan yang datang ke pantai itu hanya bisa menikmati keindahan alam.
"Nah kemarin itu ada yang main air dua anak. Yang satu selamat, satu lagi masih hilang. Sampai sekarang masih belum ditemukan," kata dia. Tonton berharap, dengan diberlakukannya SOP yang ketat di Pantai Karapyak, wisatawan dapat lebih berhati-hati. Dengan begitu, peristiwa serupa tak lagi terjadi di kemudian hari.
Sebelumnya, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, mengatakan, penutupan objek wisata Pantai Karapyak dilakukan sampai ada SOP yang jelas terkait aktivitas pariwisata di tempat itu. Sebab, peristiwa wisatawan tenggelam di pantai itu sudah beberapa kali terjadi.
"Saya tutup dulu mulai sore ini. Kita akan audit SOP-nya seperti apa. Ini kita benahi. Jadi kita tutup sampai SOP-nya sudah ada," kata dia, Senin (1/11).
Korban belum ditemukan
Berdasarkan laporan Kantor SAR Bandung, pencarian korban atas nama Muhamad Usamah Salahudin (13 tahun) yang dilaporkan terseret arus pantai di Pantai Karapyak pada Ahad (31/10), masih belum ditemukan hingga Selasa (2/11). Pada hari ketiga ini, tim SAR gabungan kembali melalukan pencarian sejak pukul 07.00 WIB dengan membagi tim menjadi dua search and rescue unit (SRU).
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Bandung, Supriono, menyebutkan, SRU 1 melakukan penyisiran menggunakan LCR dan perahu jukung di sekitar lokasi tenggelam dengan luas area penyisiran 300 meter. Sedangkan SRU 2 melakukan penyisiran darat dari sekitaran lokasi tenggelam ke arah Pantai Karang Nini sejauh 3 kilometer.
"Sebelumnya pada Senin, tim SAR gabungan telah melakukan penyisiran menggunakan perahu jukung dan juga penyisiran darat dari lokasi kejadian ke arah barat sejauh 2,5 kilometer dengan hasil pencarian nihil," kata dia.
Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana mengatakan, hingga Selasa sekitar pukul 16.30 WIB pencarian masih belum membuahkan hasil. Pencarian dilakukan dengan menyisir area laut dan darat. "Belum ketemu," kata dia.
Menurut dia, kondisi cuaca di lapangan menjadi kendala pencarian korban. Ia menyebutkan, angin di lokasi lumayan kencang. Kondisi air di sekitar pantai juga keruh karena intensitas curah hujan. "Karena Pantai Karapyai posisinya dekat dengan muara Citanduy," ujar dia.
Korban sebelumnya dilaporkan terseret arus di Pantai Karapyak saat tengah berenang bersama seorang rekannya pada Ahad. Korban tenggelam dan hilang terseret arus. Sementara temannya telah berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.