Rabu 03 Nov 2021 07:15 WIB

Mengapa Anak Usia 5-11 Tahun Perlu Vaksin Covid-19?

Anak usia 5-11 tahun di sejumlah negara sudah diizinkan mendapat vaksin Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Hasil uji klinis menunjukkan, vaksin Pfizer memiliki kemanjuran 90,7 persen terhadap SARS-CoV-2 pada anak usia lima hingga 11 tahun.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Hasil uji klinis menunjukkan, vaksin Pfizer memiliki kemanjuran 90,7 persen terhadap SARS-CoV-2 pada anak usia lima hingga 11 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 saat ini sudah diizinkan penggunaannya bagi anak-anak dari lima hingga 11 tahun di sejumlah negara, salah satunya adalah Amerika Serikat (AS). Sementara itu, di Indonesia, anak usia enam hingga 11 tahun juga akan mendapatkan vaksin Covid-19.

Pfizer-BioNTech menjadi merek vaksin Covid-19 pertama di AS yang diizinkannya penggunaannya bagi anak-anak di bawah usia 12 tahun. Sebagian besar orang tua juga mengatakan siap untuk memberikan vaksinasi bagi buah hati mereka.

Baca Juga

Dilansir Today, jajak pendapat dari Kaiser Family Foundation menunjukkan sekitar sepertiga orang tua ingin membawa anak-anak mereka untuk vaksinasi segera setelah izin dikeluarkan oleh otoritas. Sementara itu, ada 24 persen yang mengatakan tidak mengizinkan dan 60 persen dari orang tua anak-anak berusia lima hingga 18 tahun mendukung sepenuhnya, termasuk penetapan aturan agar murid yang hendak melaksanakan pelajaran tatap muka langsung harus divaksinasi terlebih dahulu.

Mengapa anak usia lima tahun ke atas perlu mendapatkan vaksinasi Covid-19? Sebagian besar anak-anak memang mengembangkan Covid-19 lebih ringan dibanding orang dewasa. Itu berarti masih ada yang memiliki potensi penyakit para akibat wabah ini.

"Jadi pendapat tidak ada gunanya vaksinasi anak-anak karena mereka tidak akan memiliki gejala parah akibat Covid-19 tidak berlaku bagi saya," jelas Claire McCarthy, asisten profesor pediatri di Harvard Medical School.

Bahkan, anak-anak juga berpotensi membuat terkena efek jangka panjang Covid-19. Meski jarang terjadi, kemungkinan itu tetap ada dan berisiko berkembang lebih buruk.

"Kami telah melihat banyak anak di rumah sakit kami yang memiliki penyakit parah dan sehat. Mereka tidak obesitas, mereka tidak menderita asma parah, mereka tidak memiliki masalah kekebalan yang mendasarinya," jelas Angela Myers sebagai direktur divisi penyakit menular di Children's Mercy Hospital di Kansas City dan asisten profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Kansas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement