REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan strategi menuju net zero emission atau penurunan emisi karbon pada 2060. Hal ini terkait Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK).
Perekayasa Ahli Utama BRIN, Unggul Priyanto, menyebut saat ini penggunaan energi fosil terbesar ada di sektor transportasi 99 persen menggunakan BBM sebagai bahan bakar dan kelistrikan menggunakan 59 persen batubara sebagai bahan bakar. Penggunaan batubara antara lain karena biaya produksi listrik murah, sumber energinya tersedia, biaya investasi pembangunan tidak mahal.
"Batubara saat ini sebagai tulang punggung pengaman penyediaan energi nasional jangka panjang. Namun perlu adanya efisiensi dan penggunaan teknologi ramah lingkungan, untuk mengatasi perubahan iklim dengan menjaga kenaikan temperatur bumi," kata Unggul dalam Webinar yang digelar BRIN pada Rabu (3/11).
Unggul menjelaskan saat ini 75 persen emisi yang dihasilkan berasal dari penggunaan energi fosil. Dalam skenario transisi energi menuju net zero emission maka ke depannya akan bertumpu pada pembangkitan listrik energi terbarukan. "Ini akan membawa perubahan besar dalam ketenagalistrikan, dan listrik akan menjadi pusat daripada transisi tersebut," ujar Kepala BPPT periode 2014-2018 itu.
Unggul memaparkan bagaimana Indonesia dapat mencapai net zero emission. Salah satunya dengan menghentikan pembangunan PLTU batubara."Beberapa strategi transisi energi rendah karbon dilakukan dengan menerapkan teknologi bersih, percepatan pengembangan energi baru terbarukan dengan kendaraan listrik, termasuk skenario menghentikan pembangunan PLTU batubara di tahun-tahun mendatang kecuali yang saat ini sudah siap dibangun," ucap Unggul.
Selain itu, Unggul menyoroti strategi pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan untuk menggantikan peranan energi fosil dalam mencapai net zero emission. Kemudian ia menekankan perencanaan diversifikasi energi dilaksanakan dengan memperhatikan potensi sumber energi untuk menggantikan energi fosil. "Substitusi energi fosil oleh energi baru dan terbarukan perlu dilaksanakan secara realistis, serta memperhatikan komposisi sumber energi yang akan digunakan," tutur Unggul.