Kamis 04 Nov 2021 00:24 WIB

Hong Kong Selidiki Kematian Pria Akibat Vaksinasi

Seorang pria meninggal 2 hari setelah vaksinasi dengan Sinovac.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pxhere
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak berwenang Hong Kong melakukan penyelidikan mengenai kematian dari seorang pria. Pria bernama Timble Li Yu Kun meninggal setelah melakukan vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19).

Menurut laporan pada Selasa (2/11) kemarin, pengadilan memulai pemeriksaan yang dijadwalkan dilakukan selama sembilan hari atas kematian Kun. Pria ini diketahui menerima vaksin Covid-19 dari Sinovac pada 26 februari lalu di Pusat Olahraga Kwun Chung di Yordania, salah satu tempat vaksinasi yang ditunjuk pemerintah Hong Kong. 

Baca Juga

Kun meninggal dua hari setelah melakukan vaksinasi. Ia diketahui memiliki riwayat diabetes dan perokok berat, serta tengah menunggu operasi jantung yang dijadwalkan dilakukan segera. Kondisi kesehatannya terus menurun pada 28 Februari dini hari dan kemudian menghembuskan napas terakhir di hari yang sama. 

Wong Sau Ying, selaku petugas perawat, yang bertanggung jawab atas pusat vaksinasi tempat Li menerima dosis Sinovac, mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya tidak menyimpan catatan tertulis tentang pasien yang tidak layak untuk disuntik atau sakit setelah menerima vaksin pada 26 Februari. Itu adalah hari pertama vaksinasi di lokasi tersebut dilakukan.

"Menurut ingatan dokter, ada dua warga yang menanyakan apakah mereka layak untuk divaksinasi, dan setelah diberitahu bahwa mereka tidak layak untuk disuntik," ujar Ying, dilansir Asia One, Rabu (3/11). 

Salah satu perawat yang bertugas memberikan vaksin Sinovac pada hari itu, Li Sau Kuen, mengatakan tidak mengingat pasien yang mengatakan bahwa mereka menderita penyakit kronis atau alergi obat. Stanley Ng Cheuk Kwan, penasihat hukum untuk Departemen Kesehatan, menyatakan vaksin Sinovac tidak boleh diberikan kepada pasien dengan penyakit kronis parah yang tidak terkontrol.

Li Cheong Kun, kakak laki-laki dari orang yang meninggal itu, mengatakan bahwa saudaranya telah merokok selama lebih dari 20 tahun dan jarang berolahraga. Dia mengatakan kakak beradik itu tidak dekat, dan hanya bertemu setiap dua hingga tiga tahun sekali.

Lin Hung Kai, mantan kolega Kun, mengatakan bahwa pria yang berprofesi sebagai konsultan keselamatan kebakaran itu menderita kadar gula darah dan kolesterol tinggi. Ia juga memiliki tekanan darah yang tinggi dan pernah dirawat di rumah sakit pada akhir 2019.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement