Kamis 04 Nov 2021 09:55 WIB

ITB Desain Green House Pengering Kopi di Gunung Geulis

Green house bernama herang ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas kopi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani menunjukkan biji kopi saat dipanen. ilustrasi
Foto: Antara/Rahmad
Petani menunjukkan biji kopi saat dipanen. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB mendesain bangunan Green House (GH) pengering kopi. GH yang dirancang memiliki keunggulan ramah lingkungan dan hemat energi ini ntuk membantu Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis dalam aplikasi teknologi pascapanen.

Menurut Ketua Tim PPM SITH ITB, Yayat Hidayat, pengering GH yang dirancang tim PPM SITH ITB adalah bangunan pengering berenergi surya yang memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi. Adanya penutup transparan pada dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan suhu udara ruang pengering.

 

"Prinsip rancangan GH adalah hemat energi dan ramah lingkungan disingkat 'Herang' (Energy Efficient Environment Friendly), artinya bahwa dalam pembangunan GH harus efektif dan efisien menggunakan bahan-bahan yang murah serta aman bagi ligkungan," ujar Dr Yayat, dalam siaran persnya, Kamis (4/11).

 

Yayat menjelaskan, bangunan GH pengering “Herang” dirancang berukuran 11m x 4m dengan tinggi 2 m. Konstruksi bangunan menggunakan bahan-bahan nonlogam dan ramah lingkungan.

 

Atap dan dinding bangunan mengunakan plastik UV. Rak jemuran buah kopi dibuat bertingkat untuk menjalankan sistem pengeringan berotasi.

 

"Secara garis besar bangunan pengering terdiri dari dua bagian yaitu bangunan beratap dan bangunan yang tidak beratap. Alur proses pengeringan dimulai dari bangunan tidak beratap lalu masuk ke bangunan beratap. Bangunan pengering “Herang” ini pada prinsipnya dirancang dengan biaya murah dengan mengunakan bahan konstruksi bambu dan bersifat ramah lingkingan," paparnya.

 

Suhu udara yang tinggi, kata dia, menyebabkan terjadinya proses penguapan air dari objek yang dikeringkan, dan uap air yang meninggalkan objek pengeringan menyebabkan meningkatnya kelembaban di dalam ruangan. Hal ini akan mengurangi efektivitas proses penguapan pada tahap selanjutnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement