REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Arie Lukihardianti
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus memperkuat program Petani Milenial. Salah satunya, menyosiasiliasikan program Petani Milenial dan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar, penguatan melalui sosialisasi dan kolaborasi dilakukan untuk mengejar target 5.000 petani milenial pada 2023.
"Dalam mencapai target 5.000 petani milenial tahun 2023, kami melakukan penguatan kolaborasi dengan kabupaten/kota. Salah satunya dengan kegiatan sosialisasi di 18 Kabupaten. Sosialisasi kami mulai di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya dan selanjutnya di kabupaten yang lain," ujar Benny, Kamis (4/11).
Selain sosialisasi, Pemprov Jabar akan melibatkan kabupaten/kota dalam rekrutmen program petani milenial, mengubah pola pendaftaran secara daring, luring, atau kombinasi keduanya. Pemprov juga akan mengadakan award bagi petani milenial dan kabupaten/kota yang berprestasi dalam mendukung program Petani Milenial.
Benny mengatakan, Pemprov Jabar dan pemerintah kabupaten/Kota nantinya akan berbagi peran dalam memperkuat program Petani Milenial. Di mana kabupaten/kota menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) petani milenial dan menyediakan lahan, sedangkan provinsi berperan mencarikan offtaker, fasilitasi permodalan melalui perbankan, serta transfer teknologi dan inovasi.
“Kami menyadari kurang bersinergi dengan kabupaten/kota di Jawa Barat, dan sekarang sinergi ini kami lakukan dengan berbagai penguatan program Petani Milenial,” kata Benny.
Menurut Benny, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menaruh perhatian yang besar dalam program Petani Milenial. Penguatan-penguatan yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari arahan Gubernur Jabar untuk mengakselerasi program Petani Milenial.
Program Petani Milenial, kata dia, bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian di Jabar. Program ini akan mengubah wajah pertanian menjadi segar, agar generasi milenial tertarik menjadi petani dengan pemanfaatan teknologi digital, menciptakan pertanian maju, mandiri, dan modern, serta mengurangi problem ketersediaan tenaga kerja pertanian di Jabar.
“Hadirnya program petani milenial, diharapkan dapat memberikan kesempatan kerja dan tantangan pada anak muda di masa pandemi untuk turut berkontribusi memajukan perekonomian desa,” katanya.
Benny mengatakan, program Petani Milenial telah menjalin kerja sama dengan offtaker yang meliputi sistem budidaya peternakan, sistem hasil produksi dan pemasarannya termasuk pengembangan logistik pangan berkelanjutan dan penataan supply chain.
“Kita juga telah bekerja sama dengan perbankan yaitu bank BJB dan Himbara untuk akses permodalan. Program ini telah di-launching pada tanggal 14 Februari 2021 dan kick-off pada tanggal 26 Maret 2021 dengan target 5.000 petani milenial pada tahun 2023. Sampai dengan akhir bulan Oktober 2021 pencapaiannya masih jauh dari target yang ditetapkan,” kata Benny.
Sejak diluncurkan, tercatat sebanyak 8.998 orang pendaftar melalui website : petanimilenial.jabarprov.go.id. Selanjutnya, dari 8.998 pendaftar dilakukan seleksi/filter 1 yakni usia 19-39 tahun dan KTP Provinsi Jabar, didapatkan hasil 4.439 pendaftar yang lolos.
Pada seleksi/filter 2 yakni tidak memiliki kontrak, didapat hasil 2.240 pendaftar yang lolos. dari 2.240 calon petani milenial dilakukan seleksi lanjutan oleh pelaksana utama program Petani Milenial didapatkan hasil sebanyak 573 petani milenial, dan 54 petani milenial telah di-launching serta mendapatkan pembiayaan dari perbankan.
Salah satu misi Pemprov Jabar, kata dia, adalah meningkatkan konektivitas dan daya saing koneksi umat yang sejahtera dan adil melalui pemanfaatan teknologi digital dan kolaborasi dengan pusat-pusat inovasi serta pelaku pembangunan.
“Dalam rangka penguatan ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki inovasi yaitu program Petani Milenial dengan tagline, 'Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia,” katanya.
Saat meresmikan Kick-Off Program Petani Milenial pada Maret lalu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengatakan, ia menargetkan bisa mencetak petani baru di atas 100 ribu. Sejumlah bantuan akan diberikan Pemprov Jabar dalam program tersebut. Mulai dari peminjaman lahan, permudah akses bank, sampai mencarikan offtaker atau pembeli.
"Semua ekosistem yang akan membuat petani milenial berhasil, hadir hari ini. Mulai dari pembelinya, penyedia lahan, yang memberi modal hingga komitmen perguruan tinggi yang mengembangkan teknologi pertanian," kata Emil saat itu.
Emil mengatakan, program inovatif Jabar ini bertujuan untuk mengurangi pengangguran, khususnya pascapandemi Covid-19. Selain itu, program tersebut dapat memperkuat ketahanan pangan di Jabar. Apalagi, pangan menjadi sektor yang tangguh meski dihantam pandemi.
Program Petani Milenial pun diharapkan dapat menarik minat generasi milenial untuk membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. Sebab, sektor pertanian saat ini belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial di Jabar.
Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018 yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar.
Selain itu, kata Emil, program Petani Milenial bertujuan untuk menekan urbanisasi. Saat ini, mayoritas generasi milenial memilih berkarier di perkotaan. Program ini diyakini bisa memangkas ketimpangan ekonomi di desa dengan di kota. "Covid-19 mengajarkan yang paling nyaman itu adalah tinggal di pedesaan tapi rezekinya perkotaan dan bisnis mendunia lewat digital," katanya.