REPUBLIKA.CO.ID, Lida Puspaningtyas
JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) segera meluncurkan BI-FAST pada pekan kedua Desember 2021. Melalui ini, BI menurunkan biaya transfer antarbank dari biasanya Rp 6.500 menjadi maksimal Rp 2.500 per transaksi.
Secara umum, BI Fast adalah infrastruktur sistem pembayaran bagi pelaku industri, ritel, dan UMKM lewat pembayaran transfer online. Sistem ini merupakan sistem baru yang akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta mengatakan, untuk tahap awal, nasabah dapat menggunakan BI Fast untuk transaksi maksimal Rp 250 juta. Angka ini dinilai ideal untuk transaksi segmen ritel. Bagi yang ingin melakukan transaksi di atas itu, nasabah dapat menggunakan SKNBI.
Penerapan tarif maksimal ini akan berlaku di seluruh kanal perbankan, mulai dari ATM, mobile banking, hingga agen. Namun, itu dilakukan secara bertahap.
BI Fast Payment yang akan mulai diterapkan pada Desember 2021 ini juga memungkinkan transfer uang dengan nomor handphone. "Nanti nomor handphone itu berfungsi sebagai alias, tapi nomor handphonenya itu harus didaftarkan dulu ke banknya untuk sebagai alias dari nomor rekening," katanya dalam Taklimat Media Kebijakan Penyelenggaraan dan Pengembangan BI-Fast, Rabu (3/11).
Perbankan merespons kehadiran BI Fast Payment, salah satunya Bank Mandiri. Bank milik pemerintah ini masuk Batch 1.
"Nasabah akan semakin diuntungkan dengan inovasi pembayaran ini, kebijakan tersebut akan melengkapi fitur layanan transfer Bank Mandiri," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Atturidha.
Respons serupa disampaikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Corporate Secretary PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Gunawan Arif Hartoyo mengatakan, ini menjadi komitmen BSI dalam melayani nasabah. BSI telah mempersiapkan diri untuk masuk dalam Batch 1 bersama Bank Mandiri.
"Dalam menjalankan bisnis, BSI berkomitmen untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat melalui bantuan teknologi digital," katanya pada Republika.co.id, Kamis (4/11).
Berbagai produk dan layanan dikemas sesuai prinsip syariah yang dilengkapi dengan teknologi digital. Ini menjadi salah satu cara BSI untuk bertransformasi memenuhi kebutuhan masyarakat dan zaman yang terus berkembang.