Kamis 04 Nov 2021 19:17 WIB

Jangan Menunda Mencegah Obesitas

Pemicu obesitas sebagian besar disebabkan gaya hidup tidak sehat.

Pemicu obesitas sebagian besar disebabkan gaya hidup tidak sehat.
Foto: Foxnews
Pemicu obesitas sebagian besar disebabkan gaya hidup tidak sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh: Rahma Sulistya

Baca Juga

Obesitas bukanlah kondisi yang datang dengan sendirinya pada seseorang. Pemicu obesitas cukup jelas dan nyata, dan sebagian besar disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat. Padahal, apabila menerapkan gaya hidup sehat, obesitas bisa dihindari.

Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, dr Elvieda Sariwati, MEpid, mengatakan, obesitas bisa dicegah, antara lain melalui pengaturan asupan gula, garam dan lemak (GGL), serta melakukan aktivitas fisik. Asupan gula harian maksimal yang disarankan yakni 4 sendok makan, garam 1 sendok teh dan lemak 5 sendok makan.

Sementara aktivitas fisik atau kegiatan tubuh yang menggerakkan otot rangka dan menghasilkan energi serta tenaga. Misalnya, menyapu, berkebun, mengepel, mencuci dan bermain dengan anak perlu dilakukan setidaknya 3-5 kali per pekan.

"Obesitas dapat dicegah, perlu adanya deteksi dini dan pola hidup sehat sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat," kata Elvieda dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis (4/11).

Deteksi dini obesitas bisa dengan pemantauan dan mencapai berat badan ideal dengan pengukuran lingkar pinggang secara rutin (maksimal 90 cm pada pria dan 80 cm pada wnaita), indeks massa tubuh (IMT) (seseorang dikatakan obesitas jika IMT di atas 27) dan memanfaatkan carta obesitas. Obesitas atau penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh menjadi pintu masuknya berbagai penyakit tidak menular (PTM) dan sindroma metabolik seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes dan hipertensi.

Di Indonesia, daa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, sebanyak 21,8 persen atau 37,5 persen orang mengalami obesitas serta 31 persen atau 60,3 persen orang dengan obesitas sentral. Pada anak, tingkat obesitasnya 20 persen atau 1 dari 5 pada anak usia 5-12 tahun. Sementara pada dewasa angkanya 1 dari 3.

Elvieda mengatakan, pemerintah dalam kebijakan penanggulangan PTM melakukan sejumlah cara antara lain promosi kesehatan pada mereka yang belum sakit melalui edukasi perilaku hidup sehat (GERMAS) dan perilaku CERDIK. Kemudian deteksi dini untuk mencegah dari awal dengan mengukur lingkar pinggang dan IMT, diikuti perlindungan khususnya terkait obesitas yakni pengaturan konsumsi gula, garam dan lemak.

Selain itu, dari sisi penanganan kasus, bila sudah ditemukan di pos pelayanan terpadu maka pasien bisa dirujuk ke puskesmas untuk ditangani. Apabila pasien tidak bisa dilayani di tingkat layanan pertama, maka bisa dirujuk.

Kasus obesitas cukup banyak ditemukan di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan, lebih dari 42 persen warga setempat mengalami obesitas. 

Ini bukan sekadar masalah estetika, tetapi juga soal kesehatan. Obesitas meningkatkan risiko penyakit serius, termasuk jantung, kanker, diabetes, dan demensia.

Para ahli mengatakan, minuman manis dan makanan olahan adalah dua penyebab utama obesitas. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS minuman yang dimaniskan dengan gula buatan adalah soda, minuman rasa buah, minuman energi, air manis, kopi, dan teh dengan tambahan gula. Satu soda sehari berdasarkan ukurannya (237 mililiter hingga 591 mililiter), dapat menumpuk 270-690 kalori sehari.

"Konsumsi minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas yang meningkat 1,6 kali lipat, untuk setiap porsi minuman manis yang dikonsumsi setiap hari,” tulis dr Caroline M Apovian, mengutip American Journal of Managed Care.

 
 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement