REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Deputi Menteri Luar Negeri Lithuania Arnoldas Pranckevičius mengatakan perlakuan China pada Lithuania menjadi 'tanda peringatan' bagi Eropa. Ia mengajak Uni Eropa bersatu dalam menghadapi China.
Agustus lalu China meminta Lithuania menarik duta besarnya dari Beijing setelah Taiwan mengumumkan kantor mereka di Vilnius akan disebut sebagai Perwakilan Taiwan di Lithuania. Tahun ini negara dengan populasi tiga juta orang itu juga keluar dari mekanisme dialog 17+1 antara China dan sejumlah negara Eropa Timur dan Tengah.
Amerika Serikat (AS) menilai dialog itu adalah upaya Beijing memecah diplomasi Eropa. Gangguan perdagangan yang dipicu ketegangan tersebut mengancam pertumbuhan ekonomi Lithuania.
"Saya pikir ini tanda peringatan untuk banyak cara, terutama bagi sesama negara Eropa untuk memahami jika Anda ingin mempertahankan demokrasi maka Anda harus membelanya," kata Pranckevičius dalam forum keamanan di Washington, Rabu (3/11).
Pranckevičius mengatakan agar Eropa dapat dipercaya dunia dan bermitra dengan Amerika Serikat maka Eropa harus bertindak bersama vis-à-vis China. "China mencoba menjadikan kami sebagai contoh, contoh negatif, sehingga negara lain tidak mengikuti jalan kami dan karena itu bagaimana komunitas Barat, Amerika Serikat, dan Uni Eropa beraksi merupakan masalah prinsip," tambah Pranckevičius.
China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya kerap marah dengan langkah apa pun yang menunjukkan pulau demokratis itu negara terpisah. Hanya 15 negara yang memiliki hubungan diplomasi resmi dengan Taiwan.
Namun banyak yang memiliki kedutaan de facto yang kerap menggunakan istilah kantor dagang di Taipei. Hal ini dilakukan untuk menghindari menyebut nama pulau tersebut. Contohnya adalah Indonesia yang menggunakan nama Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei.
Pranckevičius mengatakan langkah Lithuania keluar dari mekanisme 17+17 bukan anti-China tapi merupakan pro-Eropa. "Kami harus berbicara dalam cara yang koheren dan bersatu. Karena jika tidak, kami tidak bisa kredibel. Kami tidak bisa membela kepentingan kami dan tidak bisa memiliki hubungan yang setara dengan Beijing," katanya.