REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejumlah negara di Asia telah melonggarkan batasan perjalanan pariwisata dan membuka diri untuk kedatangan asing. Beberapa kawasan di Asia terbuka kembali untuk pengunjung dari seluruh dunia, kecuali Cina yang masih menerapkan aturan ketat perjalanan, baik dari dan ke luar negara tersebut.
Cina, yang sebelumnya merupakan pasar pariwisata outbound terbesar di dunia, masih menjaga kapasitas udara internasional hanya dua persen dari tingkat pra-pandemi. Sejauh ini Tiongkok belum melonggarkan pembatasan perjalanan.
Hal itu telah meninggalkan pengeluaran tahunan 255 miliar dolar AS (Rp 3,6 kuardrilliun) di pasar pariwisata global. Ooperator pariwisata, seperti Laguna Phuket Thailand membidik pasar lain di luar warga Tiongkok.
Managing Director Ravi Chandran mengatakan lima resor Laguna Phuket telah mengalihkan fokus pemasaran ke Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab untuk menebus hilangnya pengunjung Cina, yang menyumbang 25-30 persen sebelum pandemi.
"Hingga hari ini, kami belum melakukan pemasaran atau promosi yang signifikan di Cina karena kami tidak merasakan apa-apa," kata Chandran, dilansir laman Reuters, Kamis (4/11).
Pandemi telah merugikan Thailand sekitar 50 miliar dolar AS (Rp 719 triliun) per tahun dalam pendapatan pariwisata. Warga Cina adalah pembelanja di atas rata-rata berdasarkan data kementerian pariwisata.
Baca juga : Bekas Kedubes AS di Iran Dibuka Kembali untuk Wisatawan
Thailand berharap dapat menerima 180.000 turis asing tahun ini, sebagian dari sekitar 40 juta yang diterima pada 2019, saat dibukanya tempat-tempat di luar Phuket untuk turis.
Banyak ahli memperkirakan Cina akan mempertahankan peraturan ketat seperti karantina hingga tiga pekan bagi mereka yang kembali ke negara tersebut hingga setidaknya kuartal kedua tahun depan. Kemungkinan batasan perjalanan akan dibuka secara bertahap oleh Negeri Tirai Bambu.
"Destinasi harus mengidentifikasi pasar sumber baru dan melihat bagaimana memasarkan serta melayani budaya yang berbeda," kata Kepala Eksekutif Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA) Liz Ortiguera, dikutip Maladewa.
Sejumlah pulau-pulau di Samudra Hindia telah dipromosikan dengan gencar di pameran dagang dan menarik lebih banyak pengunjung Rusia hingga India. Mereka memilih resor mewah di tengah perairan yang bening tersebut.
Cina telah menjadi sumber turis terbesar sebelum pandemi. Tetapi Maladewa melihat kedatangan keseluruhan dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 turun hanya 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
"Ketika kami menyadari bahwa wisatawan Cina tidak akan datang ke Maladewa dalam waktu dekat, kami mengalihkan fokus ke pasar utama lainnya termasuk Rusia," kata juru bicara COMO Hotels and Resorts, yang memiliki dua resor Maladewa.
Baca juga : Makin Populer, Wali Kota Ini Minta Digaji Pakai Bitcoin
Perusahaan data perjalanan ForwardKeys memperkirakan akan memakan waktu hingga 2025 untuk Tiongkok memulihkan aturan perjalanannya. Itu uga akan memaksa maskapai mengevaluasi kembali rute mengingat data menunjukkan 38 persen turis Cina menggunakan maskapai asing pada 2019.
Singapura, Thailand, dan Bali Indonesia secara bertahap terbuka untuk pelancong internasional. Thai Airways (THAI.BK) dan Garuda Indonesia (GIAA.JK) melakukan restrukturisasi di tengah tidak adanya turis Cina.
Sumber: https://www.reuters.com/world/asia-pacific/asia-tourism-reopens-with-big-spending-chinese-stuck-home-2021-11-03/