REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penyelidikan inspektur jenderal militer menemukan serangan drone Amerika Serikat (AS) yang menewaskan 10 orang di Kabul tidak disebabkan kelalaian pidana. Tapi oleh serangkaian kesalahan, termasuk tidak menyadari kehadiran anak-anak beberapa menit sebelum serangan dilakukan.
Serangan drone AS pada 29 Agustus lalu menewaskan 10 orang warga sipil termasuk tujuh anak-anak. Sebelumnya militer AS menyebut insiden itu 'kesalahan tragis'.
Pentagon mengatakan awalnya serangan itu mengincar pelaku bom bunuh diri ISIS yang mengancam pasukan AS di bandara Kabul ketika pasukan itu sedang menyelesaikan tahap akhir mundurnya pasukan AS dari Afghanistan.
Serangan dilakukan beberapa hari setelah bom bunuh diri ISIS menewaskan 13 pasukan AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang berkerumun di luar gerbang bandara. Berusaha mengamankan tempat duduk dalam penerbangan evakuasi.
Ribuan orang Afghanistan berusaha meninggalkan negara itu setelah pemerintah yang didukung Barat ambruk. Penyelidikan yang dilakukan inspektur jenderal Angkatan Udara menemukan serangan itu disebabkan kesalahan eksekusi dalam menerjemahkan informasi yang didukung sudut pandang tertentu dan kerusakan komunikasi.
"Ini kesalahan yang disesalkan, ini kesalahan yang jujur," kata Inspektur Jenderal Angkatan Udara Letnan Jenderal Sami Said pada wartawan, Kamis (4/11).
Said mengatakan saat meninjau data dan rekaman video serangan tersebut ia menemukan bukti satu anak berada dekat target serangan dua menit sebelum pelatuk ditarik lalu drone melepaskan tembakan.
Namun Said menambahkan ketika ia memperhatikan kembali rekaman video setelah serangan dilakukan ia menyadari kehadiran anak itu akan mudah terlewatkan. Said tidak merekomendasikan tindakan disipliner tapi ia mengatakan keputusan apakah ada yang harus bertanggung jawab tergantung komandan.
Pendiri dan presiden Nutrition and Education International yang salah satu pegawainya korban serangan, Steven Kwon mengatakan penyelidikan tersebut 'sangat mengecewakan dan tidak memadai'.
"Menurut inspektur Jenderal, ada kesalah tapi tidak ada yang bertindak salah, dan saya bertanya-tanya bagaimana mungkin bisa terjadi?" kata Kwon dalam sebuah pernyataan.