REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bencana banjir melanda enam kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat pada Rabu (3/11) siang. Banjir yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tiga sungai meluap, yaitu Sungai Sibau, Sungai Mendalam dan Sungai Kapuas.
Luapan sungai-sungai tersebut berdampak pada permukiman yang berada di kecamatan Silat Hilir, kecamatan Selimbau, kecamatan Semitau, kecamatan Badau, kecamatan Suhaid dan kecamatan Batang Lupar."Merujuk data yang dikeluarkan Pusdalops BNPB pada Kamis (4/11) tercatat 1.818 KK / 6.524 jiwa terdampak banjir dengan tinggi muka air (TMA) tertinggi hingga 200 centimeter pada saat kejadian Rabu (3/11)," ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (5/11).
Selain itu, dia melanjutkan, terdapat 1.084 unit rumah ikut terendam, sebagian warga melakukan evakuasi mandiri dengan mengungsi ke tempat kerabat yang lebih aman dari banjir. Untuk mepercepat penanganan bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Hulu terus melakukan kajicepat dan melakukan pendistribusian bantuan ke beberapa lokasi terdampak. Kondisi terkini banjir mulai surut di beberapa titik dengan kisaran tinggi muka air 50 – 100 centimeter.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini waspada potensi hujan dengan intensitas lebat di sebagian wilayah Kalimantan Barat pada hari Jumat (5/11) yaitu di sebagian wilayah di kabupaten Kapuas Hulu dan kabupaten Ketapang. Kemudian pada hari Sabtu (6/11) . yang berpotensi terjadi hujan intensitas lebat yaitu di wilayah kabupaten Landak, kabupaten Sanggau, kabupaten Sekadau, kabupaten Melawi dan kabupaten Sintang,
Analisis inaRISK juga menunjukan Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi risiko banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. BNPB mengimbau kepada pemangku kepentingan di daerah setempat dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi La Nina. La Nina merupakan anomali iklim yang dapat memicu peningkatan curah hujan dan diprediksi masih akan terjadi hingga Februari 2022. "Masyarakat diharapkan mempersiapkan diri untuk evakuasi mandiri saat banjir melanda, antara lain memahami rute evakuasi dan daerah yang lebih aman dari banjir," katanya.
Kemudian, dia melanjutkan, mewaspadai adanya saluran air, lubang, dan tempat-tempat lain yang tertutup genangan banjir dan menghindari tersengat listrik dengan mematikan sumber listrik yang ada.