REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki program promosi diet sehat. Di sini, diet ini bukan tentang menurunkan berat badan, tetapi konsumsi makanan secara umum.
Salah satu targetnya adalah mengurangi 30 persen asupan garam. Target lainnya ialah menghambat kenaikan diabetes dan obesitas serta mengurangi sebanyak 25 persen kenaikan prevalensi hipertensi.
"Caranya dengan kurangi garam pangan, perbanyak buah dan sayur, kurangi gula bebas dan tambahan, serta batasi kalori dan kurangi porsi,” kata direktur standardisasi pangan olahan BPOM, Yunida Nugrahanti Soedarto, dalam acara webinar "Beat Obesity Community Festival 2021 - NFI x Kemenkes x BPOM", Kamis (4/11).
Bagaimana dengan makanan kemasan? Yunida menjelaskan, makanan kemasan aman dikonsumsi selama sesuai dengan takaran nilai gizi yang dibutuhkan. Karena itu, konsumen harus membaca dan memahami informasi nilai gizi (ING) yang ada di setiap kemasan.
Bagaimana cara membacanya? Misalnya saja, snack keripik kentang kemasan 100 gram menuliskan di label ING bahwa takaran sajinya 25 gram untuk empat porsi. Artinya, satu kemasan keripik kentang itu disarankan dikonsumsi untuk empat kali saji, bukan sekali makan.
"Sekali makannya cukup 25 gram saja atau kurang lebih 10 keripik atau satu bungkus untuk ramai-ramai saja," ujar Yunida.
Jika melihat tabel ING, satu porsi sajian senilai 25 gram itu sudah memenuhi kebutuhan kalori sebanyak 130 kkal. Jadi, jika menghabiskan satu bungkus sendiri, maka kalori yang didapatkan sebanyak 520 kkal.
Belum lagi lemaknya. Pada kemasan tertulis lemak total 6 gram dan persentase angka kecukupan gizinya 9 persen. Artinya, dengan makan snack ini, maka kebutuhan lemak per kapita sudah terpenuhi 9 persen dari angka kecukupan gizi.