Jumat 05 Nov 2021 16:51 WIB

Masa Depan Universitas Kabul di Bawah Taliban Meragukan

Pejabat kementerian pendidikan mengecam penunjukan rektor universitas oleh Taliban

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Mahasiswa Afghanistan terlihat di Universitas Mirwais Neeka di Kandahar, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban secara resmi mengumumkan pada 12 September pemisahan mahasiswa pria dan wanita di semua universitas negeri dan swasta di negara itu. Institusi pendidikan diharuskan memiliki gedung terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan, jika tidak ada, mereka akan menghadiri kelas di gedung yang sama tetapi pada waktu yang berbeda
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Mahasiswa Afghanistan terlihat di Universitas Mirwais Neeka di Kandahar, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban secara resmi mengumumkan pada 12 September pemisahan mahasiswa pria dan wanita di semua universitas negeri dan swasta di negara itu. Institusi pendidikan diharuskan memiliki gedung terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan, jika tidak ada, mereka akan menghadiri kelas di gedung yang sama tetapi pada waktu yang berbeda

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah menunjuk Osama Aziz yang bergelar doktor di bidang yurisprudensi sebagai rektor Universitas Kabul. Aziz menggantikan Mohammad Ashraf Ghairat yang merupakan lulusan sekolah agama.

Keputusan itu menimbulkan kecaman dan penentangan luas dari mahasiswa dan akademisi. Aziz memegang gelar sarjana dalam Hukum Islam atau dikenal sebagai hukum Syariah, master dalam Hukum Dagang Islam, dan PhD dalam Fikih Islam. Dia diperkenalkan kepada fakultas dan dekan Universitas Kabul pada pekan lalu.

Baca Juga

Menurut seorang sumber, Aziz berasal dari provinsi Nangarhar di Afghanistan timur. Dia termasuk dalam keluarga terpelajar dan Islam moderat.

"Saya pikir rektor baru Universitas Kabul mendukung pendidikan perempuan, tetapi kebijakan pemerintah Taliban tidak akan mengizinkan pendidikan bersama. Mereka mencoba untuk memisahkan kelas untuk pria dan wanita dalam dua shift. Satu di pagi hari dan satu di malam hari," ujar Manajer Teknis Senior di Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan, Abdullah Saeed, dilansir TRT World pada Jumat (5/11).

Rektor adalah akademisi utama dan merupakan kepala eksekutif universitas. Rektor bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan universitas.

"Di antara tugas utama rektor adalah mewakili universitas, baik di Afghanistan maupun di luar negeri. Dan mengamankan basis keuangan yang cukup untuk memungkinkan penyampaian misi, maksud, dan tujuan universitas," ujar Saeed.

Saeed mengatakan institusi pendidikan tinggi harus berpikir secara global. Hal ini akan berdampak pada bagaimana universitas beroperasi dalam jangka panjang. Menurutnya, kepemimpinan Taliban belum memiliki mentalitas tersebut. "Namun kepemimpinan baru kami dalam sistem saat ini tidak memiliki mentalitas tersebut," kata Saeed.

Sejak kembali menguasai Afghanistan, Taliban melarang perempuan mengajar atau belajar di universitas negeri sampai kelas mereka dipisahkan dari laki-laki. Kegiatan perkuliahan Universitas Kabul telah ditangguhkan karena belum ada pemisahan kelas untuk pria dan wanita. Sementara staf dan profesor belum menerima gaji selama berbulan-bulan.

Seorang staf di Universitas Kabul yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan penunjukan rektor baru tidak akan mengubah situasi saat ini yang telah menurunkan moral puluhan ribu mahasiswa di universitas negeri. Mereka tidak dapat mengenyam pendidikan karena kampus telah ditutup.

Staf tersebut mengatakan visi Aziz adalah untuk Islamisasi Universitas Kabul. "Dia akan mengubah kurikulum dan memasukkan banyak mata pelajaran Islam daripada sains modern. Mereka memiliki masalah dengan pendidikan anak perempuan dan akan memiliki kelas terpisah," ujar staf tersebut.

Abdul Baqi Haqqani, yang telah ditunjuk sebagai pejabat menteri pendidikan tinggi oleh Taliban, mengatakan universitas negeri di Afghanistan akan segera dibuka kembali. Haqqani sebelumnya menyatakan perempuan memiliki hak untuk belajar, tetapi mereka akan belajar di ruang kelas yang terpisah dengan siswa laki-laki.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement