REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hubungan antara Lebanon dan Arab Saudi belum kunjung membaik. Kelompok berpengaruh Lebanon, Hizbullah, mengkritik langkah Arab Saudi dalam merespons komentar Menteri Penerangan Lebanon George Kordahi.
Menurutnya, apa yang dilakukan Riyadh sama sama dengan melancarkan perang di Lebanon. "Reaksi Saudi sama dengan mengobarkan perang dan (komentar Kordahi) tidak membenarkan tindakan tergesa-gesa terhadap Lebanon dan rakyatnya," kata juru bicara faksi Hizbullah di parlemen Lebanon, Hassan Ezzeddine, pada Kamis (4/11), dilaporkan Al Arabiya.
Kordahi telah memicu krisis diplomatik dengan negara-negara Teluk. Hal itu karena komentarnya tentang keterlibatan Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam perang Yaman. Dia mengatakan, apa yang dilakukan pemberontak Houthi di Yaman adalah bentuk pembelaan diri terhadap agresi asing. Meski tak eksplisit, pernyataannya merujuk ke koalisi Saudi yang melancarkan operasi militer di negara tersebut.
Merespons pernyataan tersebut, Saudi lalu mengusir duta besar Lebanon untuk negaranya. Tak hanya itu, Riyadh pun melarang semua impor dari Lebanon. Langkah Saudi kemudian diikuti Bahrain dan Kuwait. UEA pun menarik duta besarnya dari Beirut dan melarang warganya bepergian ke Lebanon.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, krisis tersebut lebih besar daripada pernyataan Kordahi. Menurutnya, krisis utama adalah pengaruh Hizbullah yang berkembang dalam politik Lebanon.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati telah berusaha menekan dampak diplomatik yang muncul akibat pernyataan Kordahi. Mikati menegaskan, komentar Kordahi tak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah.
Mikati mendesak Kordahi memprioritaskan kepentingan nasional Lebanon. “Saya mengulangi seruan saya kepada Menteri Penerangan untuk mengambil sikap yang perlu diambil dan memprioritaskan kepentingan nasional,” ujarnya.
Pulihkan hubungan
PM Lebanon Najib Mikati pada Kamis mengatakan negaranya akan memulihkan "hubungannya dengan Arab Saudi." "Saya menggantikan Presiden (Michel) Aoun ke KTT perubahan iklim PBB yang diadakan di Glasgow, Skotlandia, dan pertemuan saya dengan berbagai pihak Arab dan internasional," kata Mikati pada konferensi pers setelah bertemu dengan presiden Lebanon.