REPUBLIKA.CO.ID, — Ada banyak teori hingga perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan terkait masuknya Islam ke nusantara.
Namun, dalam buku berjudul “Islam in China: Mengenal Islam di Negeri Luluhur” dijelaskan bahwa Islam masuk ke Nusantara sebenarnya melalui orang-orang Tiongkok pada abad ke-15 dan 16 Masehi, yang dipimpin oleh seorang muslim dari Suku Hui, Laksamana Cheng Ho (1371-1433).
Setelah berlabuh di nusantara, Cheng Ho bersama anak buahnya kemudian menikahi perempuan-perempuan Jawa. Mereka pun mewariskan berbagai tradisi campuran China Islam dan Jawa, yang pada saat itu masih kental dengan pengaruh agama Hindu dna Buddha.
Setelah itu, baru kemudian Islam disebarkan secara luas oleh para wali songo, yang beberapa di antara mereka juga merupakan keturunan China. Sejarawan Prod Slamet Muljana bahkan menyebut bahwa Sunan Ampel sebenarnya ernama asli Bong Swi Hoo.
Banyak bukti yang mengungkap tentang eratnya hubungan Islam Nusantara dengan Islam di China. Bahkan, KH Abdurrahaman Wahid (Gus Dur) semasa hidupnya kerap menyatakan bahwa dirinya memiliki darah Tinghoa dari jalur Tan Kim Han.
Dengan berbagai fakta sejarah tersebut, buku ini pun menganggap China sebagai leluhur. Karena itu, tidak selayaknya masyarakat Indonesia Phobia terhadap etnis Tionghoa. Karena, sikap phobia tersebut sama halnya dengan mengingkari asal-muasal keberislaman masyarakat nusantara.
Buku yang ditulis Mi Shoujiang dan You Jia ini memuat tentang sejarah dan perkembangan Islam di China, pergolakan sejarah dan perkembangan Islam di China, serta pergolakan sejarah dan kondisi sosial masyarakat muslim di China. Buku ini semakin menarik dibaca karena ditulis langsung oleh penulis asal China tersebut.
Menurut penulis, Islam diperkenalkan ke China pada pertengahan abad ke-7 Masehi. Setelah disebar dan dikembangkan selama 1300 tahun, Islam telah mencapai lebih dari 20 juta pengikut di China. Kemudian, Islam pun mendapatkan banyak sebutan, di antaranya Islam disebut dengan “Hui Jiao” (Agama orang Hui).
Setelah China Baru didirikan pada 1949, pemerintah kemudian mengeluarkan sebuah pernyataan yang melarang untuk menggunakan istilah “Hui Jiao” untuk Islam, cukup panggil Islam saja. Sejak itulah Islam sering digunakan di daratan China.
Penulis mengungkapkan, di antara 56 kelompok etnis di China, ada 10 etnis yang menjadikan Islam sebagai agama nasional mereka, yaitu etnis Hui, etnis Uighur, etnis Kazak, etnis Dongxiang, etnis Khalkha, etnis Sala, etnis Tajik, etnis Uzbek, etnis Bao’an, dan etnis Tatar. Ada juga sejumlah kecil muslim di antara etnis Mongol, etnis Tibet, etnis Bais, dan juga etnis Dais.