Sabtu 06 Nov 2021 08:24 WIB

Ini Dia Peluang Bisnis Baru Bidang Energi

Tenaga ahli perlu dipersiapkan untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi.

Red: Natalia Endah Hapsari
Peresmian Solarpreneur Development Center (SDC) di Kampus Universitas Surabaya.
Foto: dok SolaRUV
Peresmian Solarpreneur Development Center (SDC) di Kampus Universitas Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Sektor industri energi baru terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap sangatlah menjanjikan. “Di Indonesia, tahun 2018 konsumen PLTS Atap hanya 609 pelanggan. Tahun 2021, ternyata meningkat menjadi 4.133 pelanggan. Potensi pasar begitu besar, sehingga perlu kita siapkan tenaga-tenaga ahli dalam negeri agar dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi tersebut”, ujar Fabby Tumiwa, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), dalam keterangan pers, Jumat (5/11).

Melihat peluang tersebut, bekerja sama dengan Universitas Surabaya (UBAYA), Utomo SolaRUV yang merupakan perusahaan penyedia solusi PLTS atap membuat gebrakan ekonomi melalui pelatihan pemasangan PLTS Atap bersertifikasi bagi para pemuda dan masyarakat. 

Melalui Solarpreneur Development Center (SDC) yang diresmikan beberapa hari lalu di kampus Universitas Surabaya (Ubaya), pelatihan ini bertujuan melahirkan pewirausaha energi surya yang andal di masa depan. 

Fabby Tumiwa menambahkan bahwa kehadiran Solarpreneur Development Center akan sangat membuka peluang tenaga-tenaga ahli PLTS Atap bersertifikasi untuk terjun ke dunia wirausaha berbasis energi terbarukan. “Sinergi dengan entitas bisnis akan sangat mempercepat tujuan tersebut. Misalnya, Utomo SolaRUV menyediakan produk-produk inverter dari produsen inverter global. Lalu masyarakat dilatih bagaimana cara memasang PLTS Atap yang benar, harapannya mereka bisa membangun bisnis energi bersih. Barang bagusnya ada, jasa berkualitasnya juga ada”, tambah Fabby Tumiwa.

Hal ini juga dibenarkan oleh  Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbudristek, Prof Ir Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D. “Kemandirian energi butuh aksi gotong royong dari pelaku industri dan perguruan tinggi. Program mewujudkan kampus energi bersih bisa sangat diterapkan di 4.000 kampus se-Indonesia sehingga kesadaran masyarakat tentang energi terbarukan bisa dipimpin kalangan civitas akademika”, ujarnya lewat ajang pertemuan virtual.

Dalam kesempatan yang sama, Anthony Utomo, Managing Director Utomo SolaRUV mengatakan bahwa kehadiran Solarpreneur Development Center juga untuk memperkuat ekosistem PLTS Atap. Jika kembali pada tahun 2017 ketika pertama kali Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) dicetuskan, salah satunya tujuannya adalah mendorong tumbuhnya industri nasional sistem fotovoltaik yang berdaya saing dan menciptakan kesempatan kerja hijau (green jobs).

“Selain mendorong kehadiran solarpreneur, kami juga membuka peluang kemitraan agar mereka yang sudah terlatih ini tidak cuma mengerjakan pekerjaan di lapangan, tapi berani terjun ke bisnis PLTS Atap”, ujar Anthony yang juga menjawab sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Dan Regulasi Bidang ESDM KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Pusat.

Peluang kemitraan yang dimaksud adalah membuka gerai energi Juragan Atap Surya di daerah masing-masing. Gerai energi Juragan Atap Surya bertujuan sebagai penyedia tenaga, penyedia jasa dan perawatan terlatih guna pemanfaatan peluang usaha di bidang energi terbarukan dan katalisator penciptaan tenaga kerja hijau. Gerai energi Juragan Atap Surya telah beroperasi di Bali, dan selanjutnya difokuskan ke Provinsi Jawa Timur serta Jakarta. 

Selain menggandeng institusi perguruan tinggi, Utomo SolaRUV juga mendorong keterlibatan Pemerintah Kota Surabaya dalam acara peluncuran SDC. Dalam sambutannya secara virtual, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan apresiasi atas upaya menjadikan Surabaya sebagai kota bisnis yang menjunjung tinggi aspek keberlanjutan.

“Sudah biasa kalau Surabaya dikatain kota terpanas di Indonesia. Tapi melalui Solarpreneur Development Center, kita sadar bahwa panas Surabaya bisa jadi sumber lapangan kerja arek-arek Suroboyo. Ubaya menyediakan kajian teori dan praktikal. Utomo SolaRUV menyediakan pendampingan sistem solar panel berkualitas dan ber-SNI. Masyarakat berpartisipasi aktif mengaplikasikan”, ujar Eri Cahyadi.

Hingga akhir 2020, bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Indonesia baru sekitar 11,5 persen. Demi mengejar target 23 persen dalam empat tahun ke depan, Indonesia harus membangun 14-18 GW pembangkit listrik EBT.  Kemajuan industri PLTS Atap akan semakin mempercepat transisi energi di Indonesia. Semakin banyak pengguna PLTS Atap pada skala rumah tangga, semakin cepat Indonesia memasuki era energi bersih. Ayo, jadi bagian dari pahlawan energi dengan berkunjung ke website www.juraganatapsurya.com. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement