Sabtu 06 Nov 2021 22:17 WIB

Austria Batasi Pergerakan Warga tak Divaksinasi Covid-19

Hanya warga yang sudah divaksin yang boleh masuk restoran, hotel, dan tempat publik

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Petugas medis mengambil sampel usap di stasiun uji virus corona di depan Austria Center Vienna, di Wina, Austria. Hanya warga yang sudah divaksin yang boleh masuk restoran, hotel, dan tempat publik di Austria.
Foto: EPA-EFE/CHRISTIAN BRUNA
Petugas medis mengambil sampel usap di stasiun uji virus corona di depan Austria Center Vienna, di Wina, Austria. Hanya warga yang sudah divaksin yang boleh masuk restoran, hotel, dan tempat publik di Austria.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA – Pemerintah Austria akan membatasi pergerakan warganya yang belum divaksinasi Covid-19. Hal itu dilakukan saat negara tersebut menghadapi lonjakan kasus baru virus corona.

Kanselir Austria Alexander Schallenberg mengungkapkan mulai Senin (8/11) pekan depan, hanya warga yang telah divaksinasi atau pulih dari Covid-19 diizinkan untuk sering mengunjungi restoran, hotel, atau tempat publik lainnya. “Tidak ada yang ingin memecah masyarakat, tapi adalah tanggung jawab kami untuk melindungi orang-orang di negara ini,” ujarnya pada Jumat (5/11).

Baca Juga

Di bawah aturan baru, tes negatif Covid-19 tidak lagi cukup untuk warga yang hendak mendapatkan layanan dengan kontak dekat seperti di salon. Selain itu, hanya warga yang telah divaksinasi atau telah pulih dari Covid-19 dapat menghadiri pertemuan 25 orang atau lebih.

Austria, yang memiliki populasi sembilan juta jiwa, melaporkan lebih dari 9.300 kasus baru Covid-19 pada Jumat. Selama beberapa hari terakhir, angka infeksi baru di sana selalu melampaui 5.000. Jika tak segera ditangani, fasilitas kesehatan di negara tersebut dapat menghadapi krisis.

Sekitar 64 persen dari populasi Austria telah memperoleh vaksinasi lengkap atau dua dosis. Namun angka itu masih berada di bawah rata-rata anggota Uni Eropa lainnya yang mencapai 67 persen. Secara total, Austria telah melaporkan 865 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 11.451 jiwa.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement