Oleh : Muhammad Hafil, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Dua Tanah Suci di Makkah dan Madinah sejatinya adalah berkah dari Allah kepada umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam dianjurkan untuk mengunjungi dua tanah suci yang terletak di Arab Saudi tersebut.\
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah (kalian) mengkhususkan melakukan perjalanan (jauh) kecuali menuju tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram (Mekkah), Masjidku (masjid Nabawi Madinah), dan masjid al-Aqsha (Palestina)”. (H.R. Bukhari-Muslim).
Namun, sejak dulu Tanah Suci di Makkah dan Madinah memiliki otoritas sebagai pemegang wilayah. Otoritas inilah yang menentukan umat Islam di seluruh dunia bisa memasuki kedua Tanah Suci itu.
Dan saat ini, otoritas itu adalah Arab Saudi. Ini ditunjukkan dengan julukan bagi Raja Arab Saudi "Pelayan Dua Tanah Haram" yang sejatinya ini seperti 'Penguasa Dua Tanah Haram'. Karena itu, kita sebagai bagian dari umat Islam di seluruh dunia mau tidak mau harus mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan Arab Saudi untuk bisa berkunjung ke Makkah dan Madinah.
Khususnya, di masa pandemi covid-19 ini, di mana sebagian besar umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia, tidak diizinkan untuk ziarah ke dua Tanah Suci tersebut. Ada penilaian dari Arab Saudi terhadap penanganan pandemi di sebuah negara.
Sehingga, ini menjadi penentu Arab Saudi untuk membuat kebijakan apakah negara itu layak atau tidak masuk ke negaranya. Di antaranya adalah, Arab Saudi menentukan penggunaan vaksin oleh sebuah negara terhadap negaranya. Arab Saudi menentukan empat jenis vaksin tanpa booster (tambahan). Yakni, Pfizer, Moderna, Astra Zenecca, Jhonson & Jhonson. Sedangkan untuk Sinovac dan Sinopharm wajib booster 1x menggunakan 4 vaksin yang diakui Saudi tersebut.
Sementara vaksin yang digunakan di Indonesia kebanyakan adalah sinovac. Boro-boro mau booster 1x vaksin dengan merek yang ditentukan Arab Saudi, seperti ungkapan dari Ketua Umum Sarikat Penyelenggaraan Umrah Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi, herd imunity Indonesia masih rendah, sehingga Arab Saudi belum dapat menerima jamaah umroh Indonesia. Untuk itu perlu ditingkatkan lagi jumlah orang Indonesia divaksin khususnya kepada jamaah umroh.
Karena per 27 Oktober 2021, tingkat vaksinasi penuh di Indonesia berdasarkan data Satgas Covid-19 baru mencapai 33 persen. Artinya belum banyak orang divaksin dua kali. Tentu hal ini menjadi penilaian bagi Arab Saudi tentang penanganan pandemi covid-19 di Indonesia. Sehingga, lampu hijau untuk memberangkatkan jamaah umroh Indonesia belum menyala.
Karena itu, bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, diharapkan untuk segera vaksinasi covid-19. Ini bertujuan untuk membuka mata Arab Saudi tentang keseriusan masyarakat Indonesia yang ingin sehat dan terbebas dari covid-19.
Bagi yang anti vaksin, turunkanlah ego demi melihat orang tua, kerabat, dan umat Islam lainnya yang ingin berangkat ziarah ke Tanah Suci. Baik untuk haji maupun umroh. Berilah kesempatan kepada mereka.
Hindari hoaks-hoaks seputar vaksin yang salah satunya menyebutkan ini sebagai bentuk genosida bagi umat Islam. Bagaimana mungkin vaksinasi sebagai alat untuk memusnahkan umat Islam sementara di negara-negara pusat Islam mengharuskan warganya untuk vaksinasi dan umat Islam di seluruh dunia yang ingin ziarah ke Tanah Suci sudah divaksin terlebih dahulu.