Ahad 07 Nov 2021 15:08 WIB

Ketegangan dengan AS Meningkat, Iran Gelar Latihan Perang

Latihan perang Iran untuk menghadapi ancaman asing dan kemungkinan invasi.

Rep: Rizky Jaramaya/AP/ Red: Joko Sadewo
 Militer Iran memulai latihan perang tahunan di daerah pesisir Teluk Oman, pada Ahad (7/11).  Foto tentara Iran (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Militer Iran memulai latihan perang tahunan di daerah pesisir Teluk Oman, pada Ahad (7/11). Foto tentara Iran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Militer Iran memulai latihan perang tahunan di daerah pesisir Teluk Oman, pada Ahad (7/11). Latihan tersebut berlangsung kurang dari sebulan sebelum pembicaraan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara Barat.

Televisi Pemerintah Iran melaporkan, latihan perang itu diikuti pasukan angkatan laut, angkatan udara, serta angkatan darat. Mereka berpartisipasi dalam latihan di area seluas lebih dari 1 juta kilometer persegi, di sebelah timur Selat Hormuz. Hampir 20 persen dari semua pengiriman minyak melewati Selat Hormuz untuk menuju ke Teluk Oman dan Samudra Hindia.

Televisi pemerintah mengatakan, barisan brigade termasuk komando dan infanteri udara dikerahkan untuk latihan tahunan.  Jet tempur, helikopter, pesawat angkut militer, kapal selam dan drone juga diharapkan ambil bagian dalam latihan tersebut. Tidak diketahui berapa lama latihan itu akan berlangsung.

Latihan perang tahunan yang dijuluki Zolfaghar-1400, bertujuan meningkatkan kesiapan menghadapi ancaman asing dan kemungkinan invasi. Para pejabat AS mengatakan, Iran menyita kapal tanker minyak berbendera Vietnam di Teluk Oman bulan lalu. Hingga kini, Iran masih menahan kapal itu di pelabuhannya. Sementara, Iran mengeklaim, pasukan komando Pengawal Revolusi telah menggagalkan upaya AS menyita kapal tanker yang membawa minyak Iran di Teluk Omane.

Latihan militer dilakukan di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan AS. Pada 2018, AS menarik diri secara sepihak dari JCPOA dan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran. Ketika itu, AS dipimpin Presiden Donald Trump.

Kesepakatan nuklir atau JCPOA, menjanjikan insentif ekonomi bagi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Kesepakatan ini bertujuan untuk mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir.

Setelah AS menarik diri dari JCPOA dan menjatuhkan sanksi, Iran secara  bertahap meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya. Peningkatan  tersebut berada di atas ambang batas yang disepakati dalam JCPOA. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement