REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Banjir bandang menerjang Desa Sukakilah, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Sabtu (6/11). Akibatnya, ribuan warga terdampak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satriabudi mengatakan, banjir bandang itu terjadi pada Sabtu sore. Intensitas hujan tinggi di wilayah itu menyebabkan aliran Sungai Pelag yang melintasi Desa Sukakilah meluap. "Dampaknya, insfrastruktur jalan (jembatan) terputus," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (7/11).
Akibat jalan yang terputus itu, sebanyak 335 KK atau sekitar 1.200 jiwa warga terisolasi. Sebab, jalan yang terputus tak bisa dilalui kendaraan bermotor. Jalan itu hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, tapi masih riskan lantaran banyak bebatuan dan medan jalan yang licin.
Selain memutus akses jalan, Satriabudi mengatakan, terdapat empat rumah warga yang rusak. Satu rumah rusak ringan, tiga rumah rusak sedang.Kendati demikian, menurut dia, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu. "Air juga langsung surut," kata dia.
Satriabudi mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penanganan di lokasi. Petugas masih berupaya membuka akses jalan yang terputus. "Kita rencana buat jembatan darurat, jadi secara ekonomi masyarakat tidak terputus," ujar dia.
Ia juga mengimbau warga di seluruh wilayah Kabupaten Garut waspada. Sebab, saat ini sudah memasuki musim hujan. Warga diimbau melakukan lagi siskamling. "Jadi kalau ada apa-apa bisa diinformasikan dengan cepat. Lalu juga adakan gotong royong untuk bersih-bersih," kata dia.
Sekretaris Daerah Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan, sementara ini warga di lokasi terdampak kesulitan air bersih. Namun pihaknya sudah menugaskan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk mengatasi masalah itu. "Dinas PUPR sedang inventarisir untuk penanganan darurat," kata dia.
Ihwal korban mengungsi, Nurdin mengatakan, hanya warga yang rumahnya terdampak rusak yang mengungsi ke rumah saudaranya. Yang lainnya, masih memilih tinggal di rumahnya masing-masing.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut telah menetapkan status tanggap darurat bencana untuk kejadian di Kecamatan Sukaremsi tersebut. Status tanggap darurat itu akan berlaku selama 7 hari. "Agar penanganan dapat berjalan cepat. Terutama untuk perbaikan jembatan yang terputus," ujar dia.
Nurdin menilai, bencana banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Sukaresmi itu salah satunya disebabkan penggundulan hutan di sekitar wilayah itu. Alhasil, ketika hujan turun dengan intensitas yang tinggi dan waktu yang lama, air tak terserap. Akibatnya, air seluruhnya mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir bandang. "Jadi mau tak mau harus dilakukan reboisasi. Termasuk kita akan melakukan kajian lingkungan untuk tata letak," ujar dia.
Sebelumnya, Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sukaresmi, Euis Hernida menyebut bahwa banjir bandang terjadi mulai terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Menurut dia, banjir bandang tidak hanya merendam dan merusak sejumlah rumah, melainkan juga merusak setidaknya 2 hektare sawah."Ada sawah juga yang terdampak," kata dia.
Sementara itu, Komandan Koramil Cisurupan, Kapten Inf Iyus Rustandi mengatakan banjir bandang terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi berlangsung selama satu jam. Menurut dia, hujan di wilayah itu terjadi pada Sabtu sejak pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB. Akibatnya, air Sungai Pelag meluap dan jembatan hanyut terbawa air serta satu rumah roboh.