REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Badai kekalahan dari rival besar sepertinya masih belum menjauh dari perjalanan Manchester United pada musim ini.
Hanya berselang dua pekan setelah Liverpool mempermalukan dengan skor lima gol tak berbalas, Sabtu (7/11) lalu, giliran Manchester City yang turut menodai muruah Stadion Old Trafford dengan membuat MU menjadi pecundang 0-2 di hadapan pendukung setianya.
Gema suara untuk mendepak Ole Gunnar Solskjaer dari kursi panas pelatih MU terus menguat. Sejumlah nama pelatih telah mengantre dan terus digoreng media. Tapi pertanyaan mendasar haruskah manajemen MU mengikuti suara-suara yang menginginkan agar Solskjaer meninggalkan Theather of Dreams Manchester tersebut?
Menyitir ulasan Simon Stone di laman BBC Sport, Senin (8/11), sepertinya posisi Solskjaer akan tetap aman. Setidaknya, indikasi itu ditunjukkan dengan situasi yang berbeda pada Aston Villa, Norwich dan Middlesbrough. Ketiga klub ini langsung tak ada berbasa-basi untuk lekas mendepak pelatihnya menyusul hasil buruk yang ditunjukkan dari laga terakhir mereka.
“Memecat seorang manajer itu sesungguhnya tidaklah terlalu sulit tapi mendapatkan pengganti yang tepat itu adalah hal yang sulit,” begitu ditulis Simon untuk menggambarkan sikap direksi MU terhadap situasi Solskjaer.
Baca juga : Bima Ajak IPB dan BRIN Kaji Menyeluruh Wisata Glow
Seruan dan desakan untuk mendepak Solskjaer ini memang sudah disuarakan sejak lama. Absennya trofi dalam kepemimpinan Solskjaer menjadi salah satu isu tersendiri bagi juru taktik asal Norwegia itu.
Betapa tidak, Solskjaer menyatakan sepakat dengan proyek jangka panjang bersama MU saat menandatangani kontrak berdurasi total enam tahun di Old Trafford. Namun di pertengahan masa baktinya, ia sama sekali belum mempersembahkan piala apapun.
Hanya final Liga Europa dan Piala FA yang menjadi pencapaian tertinggi sang 'Baby Face Asassin' tersebut. Sebagai pelatih tim sekelas MU, menapak di partai final dianggap belum cukup lengkap sebagai juru racik strategi.