REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Utama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Ayu Dewi Utari mengatakan, untuk mendorong percepatan rehabilitasi mangrove dan memastikan kelestariannya setelah penanaman, BRGM akan memperbanyak pendirian Desa Mandiri Peduli Mangrove. Rencananya akan ditambah sekitar 200 desa pada tahun ini.
"Dalam pelaksanaannya, rehabilitasi mangrove tidak mungkin hanya dilaksanakan dengan menanam. Maka harus ada pendekatan institusional, baik melalui edukasi, sekolah lapang, sosialisasi, publikasi dan juga melalaui pemberdayaan masyarakat, pendampingan serta penyuluhan," kata Sestama BRGM Ayu Dewi dalam diskusi Indonesia Pavillion dalam rangka COP 26 UNFCCC yang dipantau virtual dari Jakarta, Senin (8/11).
Pada keseluruhan kegiatan ini, kata dia, BRGM mengarahnya ke pembentukan Desa Mandiri Peduli Mangrove. Dalam proses kemajuan 2021 ini, direncanakan sekitar 200 desa yang akan disusun.
Hal itu dilakukan untuk memastikan percepatan rehabilitasi mangrove dengan BRGM ditargetkan melakukan rehabilitasi di sekitar 600 ribu hektare yang berada di sembilan provinsi prioritas. Menurut Ayu Dewi, tujuan utama dari berbagai langkah tersebut adalah ekosistem mangrove yang lestari sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan fungsinya untuk lingkungan sekitar.
Untuk itu peningkatan keterlibatan para pihak terus didorong, mengingat rehabilitasi mangrove bukanlah hal yang bisa dilakukan sendiri. Hal ini membutuhkan keterpaduan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan kelestarian dan pemberdayaan masyarakat sekitar ekosistem mangrove.
Pemberdayaan, kata Ayu Dewi, bisa dilakukan dengan pemanfaatan sebagai wisata atau berbagai produk lain yang dihasilkan dari keberadaan mangrove. "Dengan pengelolaan mangrove harapannya masyarakat memperoleh manfaat dan dengan mereka memperoleh manfaat akan dijaga," demikian kata dia.