Senin 08 Nov 2021 15:21 WIB

Pemerintah Jajaki Kerja Sama Produksi Obat Covid-19

Kemenkes menargetkan molnupiravir bisa diproduksi di Indonesia mulai tahun depan.

Rep: Fauziah Mursid, Febryan A, Rizky Suryarandika/ Red: Agus raharjo
Perusahaan farmasi Merck bersama mitranya, Ridgeback Biotherapeutics, tengah menanti otorisasi penggunaan darurat obat antivirus eksperimental Molnupiravir di AS.
Foto: Republika
Perusahaan farmasi Merck bersama mitranya, Ridgeback Biotherapeutics, tengah menanti otorisasi penggunaan darurat obat antivirus eksperimental Molnupiravir di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku saat ini pemerintah tengah melakukan penjajakan kerja sama agar industri farmasi yang memproduksi obat terapi Covid-19. Penjajakan kerja sama saat ini tengah diupayakan dengan sejumlah perusahaan farmasi besar yakni Merck, Pfizer hingga Johnson&Johnson.

Luhut mengatakan, pemerintah ingin perusahaan tersebut untuk berinvestasi farmasi dan memproduksi di Indonesia, terutama obat dan vaksin Covid-19. Sebab, obat dan vaksin Covid-19 saat ini dibutuhkan dalam jumlah yang besar di Indonesia.

Baca Juga

"Hal ini saya sampaikan juga kepada perusahaan farmasi Merck, Pfizer dan Johnson&Johnson beberapa waktu yang lalu di New York dan mendapat respons yang baik dan sekarang pembicaraan kita sudah pada tahap-tahap yang berlanjut," ujar Luhut saat memberi sambutan secara virtual dalam Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi, Senin (8/11).

Luhut mengatakan, dua perusahaan yakni Merck dan Pfizer mempunyai obat Covid-19 yang hasil penelitiannya menyebut bisa mengurangi risiko perawatan rumah sakit dan kematian karena Covid-19. Dua obat itu yakni Molnupiravir dari Merck dan Paxlovid dari Pfizer.