Senin 08 Nov 2021 18:48 WIB

Luhut: Yang tak Konsisten Itu Penyakitnya, Bukan Pemerintah

Pemerintah bakal memperketat kembali aturan kedatangan dari luar negeri.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ilham Tirta
 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia harus mewaspadai munculnya varian Delta AY.4.2 atau delta plus di Malaysia. Pemerintah, kata Luhut, tak menutup kemungkinan akan kembali memperpanjang masa karantina pelaku perjalanan dari luar negeri menjadi tujuh hari.

“Jadi bukan tidak mungkin nanti kalau ada orang datang dari luar, bisa mungkin karantinanya naik menjadi 7 hari. Ini juga tidak tertutup kemungkinannya,” kata Luhut saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM, Senin (8/11).

Ia menyebut, varian Delta AY.4.2 ini lebih ganas daripada varian sebelumnya. Varian Delta AY.4.2 inilah yang menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus harian di beberapa negara di Eropa, khususnya di Inggris.

Luhut menegaskan, pemerintah sangat berhati-hati dalam melakukan penanganan pandemi di Tanah Air. Proses pengambilan keputusan terkait kebijakan penanganan pandemi dilakukan dengan mempertimbangkan pergerakan manusia dan juga kenaikan kasus.

“Ini sekarang seperti science and art. Jadi memutuskan ini seperti operasi militer, kita melihat dengan cermat. Jadi jangan ada pikiran ke mana-mana, ini kok berubah-ubah. Tidak begitu,” kata dia.

Baca juga:

Ia meminta masyarakat tak menganggap pemerintah tak konsisten dalam menerapkan kebijakan penanganan pandemi Covid-19. Kebijakan penanganan Covid-19 yang diberlakukan juga akan disesuaikan pada perilaku virus ini.

“Jadi saya mohon teman-teman di luar jangan ada pikiran sana sini tidak konsisten pemerintah, itu jauh dari itu. Kami sangat konsisten. Yang tidak konsisten itu adalah penyakitnya,” kata Luhut.

Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) telah mengumumkan penemuan dua kasus pertama Covid-19 subvarian Delta AY.4.2 di Malaysia. Kasus ini berupa kasus impor dari mahasiswa yang baru pulang dari Inggris. Lembaga Keselamatan Kesehatan Inggris pada 20 Oktober 2021 telah menetapkan AY.4.2 sebagai varian di bawah penyelidikan(VUI).

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin memastikan, varian Delta AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia hingga saat ini. “Kami melaporkan mengenai progress deteksi disampaikan oleh Pak Menko tadi, AY.4.2 sudah sampai di Malaysia, tapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang,” ujar Menkes Budi saat konferensi pers usai ratas evaluasi PPKM, Senin (8/11).

Ia mengatakan, pemerintah melakukan genome sequencing antara 1.500-1.800 tes per bulannya. Dari pemeriksaan tersebut, belum ditemukan adanya varian baru Covid-19 ini.  

Untuk mengantisipasi masuknya varian baru ini, pemerintah pun akan meningkatkan penjagaan di berbagai titik perbatasan. “Kita tetap jaga. Perbatasan-perbatasan kita dijaga apalagi ini sudah Malaysia, banyak orang Indonesia pulang pergi dari Malaysia baik darat, laut, dan udara,” kata dia.

Awasi Bali

Budi menyampaikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menginstruksikan agar terus mewaspadai peningkatan kasus harian dan juga masuknya varian Delta AY.4.2 di Indonesia. “Harus hati-hati, harus terus waspada, terutama beliau (Jokowi) baru kembali dari Eropa melihat bahwa kenaikan di Eropa itu tinggi,” kata dia.

Menurut Budi, soal penyelenggaraan acara internasional, khususnya G20 di Bali pada tahun depan telah disiapkan agar tak menyebabkan terjadinya peningkatan kasus. “Khususnya kota-kota yang akan menjadi host-nya G20 itu harus dijaga dengan benar-benar, harus diperhatikan dengan sangat hati-hati,” kata dia.

Selain itu, Kemenkes juga diminta mengawasi penyelenggaraan pendidikan tatap muka agar juga tidak menimbulkan risiko peningkatan kasus.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement