Warga Sleman Diminta tak Gelar Kegiatan Sungai
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Operator wisata menjajal jalur wisata susur sungai di Pundong, Bantul, DIY, Rabu (20/10). | Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Apel gelar pasukan kesiapsiagaan penanggulangan bencana dilaksanakan di Sleman. Kegiatan yang melibatkan Polri, TNI, Basarnas, BPBD, Satpol PP dan Damkar ini dilakukan dalam rangka menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Kapolres Sleman, AKBP Wachyu Tri Budi Sulistyono mengatakan, apel ini merupakan sinergi lintas sektor. Ia berharap, dari SDM dan peralatan yang dimiliki masing- masing instansi bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana.
Saat ini, ia mengingatkan, Sleman sudah memasuki musim penghujan. Sesuai dengan kalender situasi kamtibmas, dikhawatirkan ada peningkatan potensi bencana alam baik banjir maupun tanah longsor, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi.
Apalagi, kecelakaan dari kegiatan-kegiatan yang digelar di sungai terus terjadi di Indonesia. Maka itu, Wachyu menghimbau masyarakat dan sekolah-sekolah yang ada di Sleman agar tidak melaksanakan kegiatan di daerah-daerah aliran sungai.
"Kegiatan yang dimaksud seperti susur sungai dan lainnya yang dapat berpotensi mengancam keselamatan," kata Wachyu, Senin (8/11).
Bupati Sleman, Kustini Purnomo, mengimbau masyarakat Sleman untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah antisipasi. Terutama, dalam rangka menghadapi ancaman bencana alam di penghujung tahun dengan melakukan mitigasi.
Apalagi, potensi terjadinya bencana alam pada akhir 2021 datang tidak cuma saat masuknya musim penghujan, tapi di tengah ancaman pandemi covid. Karenanya, semua harus bisa menyikapi sungguh-sungguh dengan siap siaga antisipasi sedini mungkin
Kustini mengingatkan, Kabupaten Sleman memiliki beberapa potensi bencana seperti ancaman erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin, hujan deras disertai angin, banjir dan tanah longsor. Kewaspadaan ini diharap mencegah jatuhnya korban jiwa.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi sendiri masih cukup tinggi berupa erupsi efusif. Karenanya, berdasarkan pengamatan visual dan instrumental dari BPPTKG, Gunung Merapi sampai saat ini masih ditetapkan status siaga atau level III.
Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor tenggara–barat daya sejauh maksimal tiga kilometer ke arah Sungai Woro. Serta, sejauh lima kilometer ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Sungai Putih.
Selain itu, kewaspadaan diharapkan mampu menekan potensi kerugian materi sekecil mungkin. Melalui apel kesiapsiagaan, Pemkab Sleman dan instansi-instansi terkait diharap mampu mempersiapkan diri secara maksimal dengan seluruh sumber dayanya.
"Baik personel maupun sarana dan prasarana, untuk berperan secara aktif dalam rangka penanggulangan bencana alam dan penyebaran virus corona," ujar Kustini.