REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah anak-anak memanfaatkan genangan air banjir yang tingginya mencapai 60 cm di Jalan Muara Angke Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, untuk mandi dan bermain air. Lurah Pluit Penjaringan Jakarta, Helwin Ginting, tampak melarang anak-anak bermain dan berendam di genangan air banjir. Tapi larangan itu tidak dipedulikan.
Anak-anak itu tampak gembira bermain air. Jika ada mobil yang lewat di genangan air banjir dengan kecepatan lambat, mereka bergantungan di bemper bagian belakang kendaraan. Genangan di Jalan Muara Angke itu sudah ada sejak tiga hari lalu. Genangan itu adalah dampak rob, yakni naiknya permukaan air laut, ditambah dengan hujan yang yang turun pada Ahad siang. "Kemarin kami lebih khawatir karena di atas ada hujan dan awannya gelap," kata Helwin.
Ada juga warga yang tampak memandikan hewan peliharaannya di genangan air banjir itu. Warga di Jalan Muara Angke dan sekitarnya saat ini masih menunggu genangan air banjir surut. Warga bertahan di rumahnya masing-masing dan belum ada yang bersedia mengungsi dari rumah mereka yang terendam.
Sebanyak 300 kepala keluarga penghuni enam Rukun Tetangga (RT) di Rukun Warga (RW) 022 Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, memilih bertahan di rumah meskipun selama tiga hari terkena rob atau banjir pesisir. Sampai saat ini, Kelurahan Pluit belum membuat posko pengungsian, karena belum ada warga yang bersedia pindah.
"Tidak ada masyarakat yang mau diungsikan, tetap bertahan di rumah-rumah masing-masing. Situasinya aman, tapi kami imbau lewat pengurus RT/RW supaya masyarakatnya juga menjaga agar jangan ada yang tersetrum listrik," ujarnya.
Helwin mengatakan, penerangan listrik di rumah warga juga masih menyala. "Listrik masih mengalir karena dinilai ketinggian maksimal air rob belum sampai ke stop kontak listrik di rumah warga. "Air sudah mulai surut. Jadi ketinggian maksimalnya sudah lewat. Kami juga sedikit menjadi lebih tenang," ujar Helwin.