REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran tidak akan berhenti memajukan program nuklirnya sampai yakin Amerika Serikat (AS) akan mencabut semua sanksi yang diberlakukan sejak masa mantan Presiden Donald Trump. Keputusan ini dikatakan tidak akan berubah kecuali dengan syarat tersebut.
“Iran tidak akan menghentikan tindakan pembalasan [nuklir] sampai yakin semua sanksi AS yang dikenakan pada Teheran setelah penarikan Washington dari kesepakatan nuklir di bawah Trump pada 2018 dicabut sekaligus. Serta dengan cara yang efektif dan dapat diverifikasi dengan jaminan yang diperlukan ,” kata media pemerintah Iran dilansir dari Al Arabiya, Senin (8/11).
Iran mulai melanggar kesepakatan secara bertahap pada 2019 sebagai tanggapan atas penarikan Trump dari kesepakatan tahun sebelumnya. Washington kembali menjatukan sanksi terhadap Teheran.
Pembicaraan tidak langsung antara AS dan Iran yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perjanjian itu, telah terhenti sejak Juni lalu. Diskusi akan dilanjutkan di Wina pada 29 November.
Jubir Kemenlu Iran, Saeed Khatibzad mengulangi permintaan Iran bahwa Washington harus memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan meninggalkan kesepakatan itu lagi di masa depan.
Dia juga menjelaskan bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Iran dan Kepala perunding nuklir Ali Bagheri-Kani akan melakukan perjalanan ke Berlin, London dan Paris pekan ini untuk membahas pembicaraan yang akan datang.
Sebelumnya, Badan pengawas atom PBB, IAEA mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa Iran telah mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata. Tindakan ini disebut PBB menjadi sebuah langkah yang meningkatkan ketegangan dengan Barat karena kedua belah pihak berusaha untuk melanjutkan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran.