Selasa 09 Nov 2021 06:51 WIB

Tiga Desa di Kandanghaur Kembali Dilanda Banjir Rob

Banjir rob sudah menjadi langganan di desa di Desa Eretan Wetan, Kandanghaur

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bilal Ramadhan
Banjir rob kembali menerjang tiga desa di pesisir Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, sejak empat hari terakhir. Selain merendam rumah warga, banjir juga menggenangi bangunan sekolah.
Foto: Tagana Kabupaten Indramayu
Banjir rob kembali menerjang tiga desa di pesisir Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, sejak empat hari terakhir. Selain merendam rumah warga, banjir juga menggenangi bangunan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Banjir rob kembali menerjang tiga desa di pesisir Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Banjir akibat gelombang pasang air laut itu selama ini menjadi langganan dan mengganggu aktivitas dan kenyamanan warga.

Adapun tiga desa itu adalah Desa Eretan Wetan, Eretan Kulon dan Kertawinangun. "Hari ini sudah memasuki hari keempat,’’ ujar anggota Tagana Kabupaten Indramayu, Waminudin kepada Republika, Senin (8/11).

Baca Juga

Waminudin mengatakan, banjir rob biasanya mulai datang sekitar pukul 08.00 WIB dan surut kembali sekitar pukul 14.00 WIB. Namun pada hari ini, banjir rob baru datang sekitar pukul 11.30 WIB. Hingga berita ini ditulis pukul 14.30 WIB, banjir rob masih belum surut.

Waminudin menyebutkan, pendataan mengenai dampak banjir pada hari ini masih dilakukan. Namun pada Sabtu (6/11), banjir rob merendam 1.005 rumah yang dihuni 1.015 kepala keluarga (KK) atau 2.062 warga di ketiga desa tersebut. Adapun ketinggian banjir di kisaran 20–50 sentimeter.

Waminudin menuturkan, banjir membuat kenyamanan warga sangat terganggu. Meski demikian, warga sudah terbiasa menghadapi bencana tersebut. Selain merendam rumah warga, lanjut Waminudin, banjir rob juga menggenangi sejumlah bangunan sekolah.

Seperti di Desa Eretan Wetan, ada tiga sekolah dasar (SD) yang tergenang banjir rob. Sedangkan di Desa Eretan Kulon, banjir rob menggenangi satu buah madrasah tsanawiyah (MTS), satu SD dan satu taman kanak-kanak (TK).

"Ketinggian air di dalam kelas sekitar 10-15 cm. Kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung (tidak diliburkan),’’ kata Waminudin.

Kondisi serupa juga terjadi pada aktivitas pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) di Desa Eretan Kulon maupun Eretan Wetan. Meski tergenang banjir. Namun aktivitas pelelangan ikan tetap berjalan.

Waminudin menambahkan, kali ini, banjir rob murni hanya berasal dari gelombang pasang air laut. Biasanya, banjir rob juga bersamaan dengan banjir kiriman dari sungai Cilalanang.

"Kalau banjir rob bersamaan dengan banjir kiriman dari sungai Cilalanang, ketinggiannya lebih parah,’’ tutur Waminudin.

Sementara itu, Kepala Desa Eretan Wetan, Edi Suhedi, mengatakan, banjir rob yang berlangsung sejak Jumat (5/11) telah merendam hampir seluruh rumah warganya. Dia menyebutkan, ketinggian air rata-rata selutut orang dewasa.

Edi mengakui, banjir rob sudah menjadi langganan di desa yang dipimpinnya. Meski sangat terganggu, warga sudah bisa mengantisipasi dampak banjir tersebut. Salah satunya dengan menempatkan berbagai perabot dan peralatan elektronik ke tempat yang lebih tinggi. "Ya barang-barang dinaikkan semua, kasur naik, perabot juga naik," tutur Edi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement